Pages

Transportasi Online Tak Bisa Dihalangi

  • Teknologi Merupakan Alat Bantu

SM 11_12_2017 Transportasi online tak bisa di halangi

YOGYAKARTA– Keberadaan bisnis online melalui dunia maya termasuk salah satunya transportasi online, tidak bisa dihalangi. Teknologi informasi yang berkembang sangat pesat merupakan alat bantu yang bisa dimanfaatkan secara positif, misalnya untuk menambah penghasilan seseorang.

Pakar sistem informasi Prof Dr Ridwan Sanjaya MS IEC mengungkapkan hal itu seusai diskusi di Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta, baru-baru ini. Ia menegaskan tidak fair kalau ada pihak-pihak yang ingin memonopoli perekonomian dengan melarang transportasi online. ‘’Di sinilah peran dan tantangan pemerintah supaya bisa mengeluarkan kebijakan yang adil, fair, dan tentu saja sesuai dengan kemajuan zaman.

Tak bisa bertahan pada masa lalu, semua sudah berubah dan perubahan sangat cepat,’’ tandas Rektor Unika Soegijapranata Semarang itu. Menurutnya, semua pihak harus bisa beradaptasi atau menyesuaikan dengan perubahan zaman. Ia mengingatkan dulu alat transportasi becak dan andong tergilas oleh angkutan umum atau angkutan pedesaan.

Namun, mereka juga bisa bertahan sampai sekarang, karena mampu beradaptasi, meskipun tidak seperti sebelum ada angkutan umum. Ia mengatakan, menghindari kenyataan bahwa dunia sedang menghadapi era disruptif hanya akan menurunkan kewaspadaan dalam menghasilkan solusi.

Di sinilah peran kampus, mencari solusi-solusi radikal atas berbagai proses bisnis yang rumit. Tidak hanya di internal kampus, tetapi juga di kehidupan masyarakat. Harus Berubah ‘’Perubahan yang begitu cepat harus ditanggapi, jangan hanya mempertahankan yang konvensional, perlu perubahan-perubahan yang dapat dibantu dengan teknologi informasi,’’ imbuh Ridwan.

Pembicara lain, penggarap pariwisata yang juga Ketua Desa Wisata Pentingsari, Sleman, Ir Doto Yogantoro mengakui, teknologi informasi memang membantu kemajuan desa wisata. Kendati demikian, tidak semua hal harus bersentuhan dengan teknologi. Desanya mampu mempertahankan kearifan lokal sekaligus beradaptasi dengan teknologi, sehingga terus berkembang.

Berdasarkan data, ia menjelaskan, ada 125 desa wisata di seluruh wilayah DIY, namun hanya 30 persen yang hidup dan bertahan sampai sekarang. Mereka yang bisa terus berkembang karena bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman. ‘’Menjadi desa wisata itu ada syaratsyaratnya, tidak sekadar ada pemancingan atau rumah tua terus jadi desa wisata.

Kami di Pentingsari selain menjaga kearifan lokal juga bekerja sama dengan kampus yang banyak memberi masukan, kritik, saran, dan hal-hal baru untuk kemajuan desa,’’ paparnya. Desa Pentingsari menjadi salah satu desa wisata yang berkembang dan tidak mengikuti eforia pariwisata. Warga merencanakan secara matang dan mengelola secara profesional sekaligus menahan nafsu untuk menguasai desa wisata. Mereka memberlakukan secara ketat jumlah kunjungan supaya keberadaan pengunjung tidak menjadi beban dan malah merusak alam.

(►http://www.suaramerdeka.com, Suara Merdeka 11 Desember 2017, hal. 23)

Tag

Facebook
Twitter
LinkedIn
Email
WhatsApp