Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) menyelenggarakan kongres untuk membahas sejumlah program dan isu terkini yang menjadi perhatian masyarakat dan pemerintah.
Wakil Ketua APTIK, Yulius Yasinto MSc menyatakan, diantara program yang menjadi prioritas pihaknya yakni membantu Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) dalam mengimplementasikan penyelenggaraan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
“Kongres ini sebagai rutinitas organisasi setiap tahun. Kami peduli terhadap isu yang menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat. Asosiasi juga membuat kajian-kajian, terkait apa yang harus diperkuat dari segi internal, maupun untuk memberi masukan kepada pemerintah,” kata Yulius disela pelaksanaan kongres APTIK ke-39 di Hotel Santika Semarang, Rabu 23 Maret 2022.
Dia menilai, keberadaan APTIK memberikan kontribusi dan pemerataan kemajuan perguruan tinggi anggota. Kampus yang mempunyai kelebihan pada bidang tertentu akan membantu kampus lain dalam banyak aspek.
“Prioritas pada isu ekologis atau lingkungan hidup. Bisa pula berupa edukasi kepada para dosen dan mahasiswa dalam bentuk kegiatan nyata di kampus. Apalagi dengan teknologi sekarang yang makin maju, teknis penyelenggaraan melalui luring atau daring hampir tidak ada bedanya,” ujarnya.
Sekretaris APTIK, Kasdin Sihotang MHum menyebut, pihaknya beranggotakan 19 yayasan dan mengelola 20 perguruan tinggi katolik yang tersebar di sejumlah wilayah Indonesia, seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan NTT. Pihaknya menargetkan anggota APTIK mewakili semua wilayah di Indonesia.
“Dari perguruan tinggi Katolik yang ada, hanya dua atau tiga institusi yang belum bergabung dalam asosiasi ini. Targetnya semua wilayah, yang belum Papua, Bali dan Maluku,” sebutnya.
Sementara itu, Rektor Unika Soegijapranata, Dr Ferdinandus Hindiarto menyatakan, prinsip dari anggota asosiasi adalah kolaborasi. Dengan pendekatan itu, perguruan tinggi anggota akan semakin kuat.
Menurut Ferdinand, kolaborasi dan sinergi tersebut dilaksanakan dalam banyak aspek. Salah satunya berupa workshop dengan para dosen atau pertukaran tenaga pengajar antarperguruan tinggi.
“Selama ini kolaborasi universitas katolik se-Indonesia sudah berjalan dengan baik. Pada situasi seperti ini, kunci utamanya ada pada dosen. Karenanya, sisi internal akan kami perkuat. Kongres berlangsung sampai Jumat 25 Maret 2022, termasuk agenda diskusi mengenai tata kelola yayasan,” jelasnya. ***
#https://www.ayosemarang.com/pendidikan/pr-773018683/asosiasi-perguruan-tinggi-katolik-gelar-kongres-di-semarang?page=all