Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata menjadi tuan rumah gelaran Kongres ke-39 Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (Aptik) 2022 di Kota Semarang.
Kongres tahunan tersebut akan membahas sejumlah isu yang menjadi perhatian masyarakat maupun pemerintah sejak Rabu (23/3) sampai Jumat (25/3) mendatang.
Wakil Ketua Aptik Yulius Yasinto mengatakan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) menjadi perhatian untuk dibahas bersama 20 perwakilan Perguruan Tinggi Katolik.
Menurutnya, konsep MBKM sudah dilakukan oleh Gereja Katolik sejak lama. Konsep tersebut telah berjalan untuk kemerdekaan mahasiswa.
“Kurang lebih 20 sampai 30 tahun lalu dalam eskorde ensiklik untuk kemerdekaan mahasiswa, kemandirian, dan keterbukaan perbedaan,” kata Yulius sebelum pelaksanaan Kongres ke 39 Aptik di Ballroom Borobudur, Hotel Santika Premiere, Rabu (23/3).
Yulius menuturkan program MBKM harus berjalan dengan wajah baru khususnya terhadap pengembangan platform online.
“Kalau ini mau dijalankan, harus ada perombakan mindset termasuk tingkat berpikir pemerintah karena permasalahan administrasi sangat memakan waktu,” tuturnya.
Selain MBKM yang menjadi fokus perhatian, pihaknya juga tengah konsen terhadap persoalan yang menyangkut Sustainable Development Goals (SDGs) perhatian di daerah-daerah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal).
Kemudian isu ekologi atau lingkungan hidup dalam bentuk kegiatan nyata di tiap-tiap kampus yang saling berkolaborasi.
“Kami di Aptik menggunakan prinsip kolaborasi karena membuat semakin kuat antara perguruan tinggi kolaborasi berjalan dengan baik dengan banyak hal,” tutur Rektor Unika Soegijapranata Dr. Ferdinand Hindiarto.
Termasuk, kata dia, kerja sama bidang pembelajaran antara forum rektor, jaringan penelitian dan pengabdian masyarakat, jaringan perpustakaan dan kegiatan kemahasiswaan.
“Saya pikir itu sesuatu yang operasional konkret, tetapi menurut saya bermakna sekali. Kecerdasan hidup dalam perbedaan itu mahal,” ujarnya.
