Pages

Sekda Ingin Ngesti Pandawa Jadi Jujugan Wisata Budaya

image

Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Tengah, Sri Puryono, menampakkan raut senang, puas dan bangga saat menyaksikan pagelaran Wayang Orang Ngesti Pandawa, di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang, Sabtu (1/12) malam.

Bukan sekadar karena lakon “Semar Boyong” yang diusung dalam pagelaran malam tadi. Tetapi juga karena pentas kali ini lain dengan sebelumnya. Yakni adanya sentuhan teknologi digital sebagai inovasi para mahasiswa Unika Soegijaparanoto.

“Pertunjukan wayang orang yang kita saksikan ini adalah terobosan yang luar biasa dari Unika. Saya berharap ke depan perguruan tinggi lainnya juga ikut peduli dan menggairahkan Ngesti Pandawa,” ujar Sekda Sri Puryono KS MP, saat memberi sambutan.

Selain Sekda Jateng beserta istri, Rini Sri Puryono, turut menyaksikan pagelaran wayang orang dengan lakon “Semar Boyong” tersebut, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Rektor Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Prof Dr Ridwan Sanjaya, sejumlah pejabat di lingkungan Pemprov Jateng dan Pemkot Semarang, serta masyarakat.

Sekda menjelaskan, pagelaran wayang orang kali ini berbeda dengan pertunjukkan wayang orang sebelum-sebelumnya. Pagelaran wayang orang menjadi istimewa karena dikemas dengan sentuhan teknologi digital, sehingga penampilan panggung menjadi menarik dan memukau.

“Saya ingin Ngesti Pandawa menjadi jujugan atau wisata budaya utama yang ada di Kota Semarang,” harapnya.

Sekda menambahkan, berbagai terobosan tersebut merupakan upaya Pemprov Jateng dan Pemkot Semarang bersama berbagai pihak, salah satunya Universitas Soegijapranata Semarang untuk melestarikan budaya daerah.

Hal ini, lanjut Sekda, sesuai dengan salah satu konsep Trisakti yang dikemukakan Presiden RI pertama Ir Soekarno, yakni berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dan kebudayaan.

Sekda berharap pagelaran wayang orang dengan melibatkan perguruan tinggi tidak hanya sekali ini saja. Ke depan perguruan tinggi lain, khususnya yang ada di Kota Semarang, juga ikut menghidupkan dan menggairahkan budaya wayang orang.

“Misalnya, hari ini penontonnya ada mahasiswa serta dosen Unika dan Unimus, minggu depan perguruan tinggi lain begitu secara bergilir. Bahkan guru besar dan dosen juga bisa ikut main ketoprak,” tuturnya.

http://asatu.id

Tag

Facebook
Twitter
LinkedIn
Email
WhatsApp