Pages

Pancasila Harus Menjadi Semangat Demokrasi

SM 6_10_2017 Pancasila Harus Menjadi Semangat Demokrasi

Kepala Unit Kerja Presiden, Pemantapan Ideologi Pancasila (UKP-PIP), Yudi Latif, mengajak mahasiswa untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila. Menurutnya, Pancasila sebagai semangat demokrasi, sehingga semua elemen masyarakat mempunyai kesempatan sama untuk berperan bagi bangsa dan negara. ”Kita boleh berbeda warna kulit, ras, agama, dan etnis, tetapi bendera kita sama merah dan putih,” kata Yudi saat memberikan kuliah umum dengan tema ”Menguji Pancasila dalam Konteks Keberagaman” di kampus Unika Soegijapranata, kemarin.

Sumber Kemajuan

Yudi menyatakan, Indonesia saat ini dihadapkan pada banyak tantangan. Namun, dengan nilainilai kearifan yang terkandung dalam Pancasila, tantangan tersebut mampu dihadapi. Semangat kemanusiaan yang ada dianggap kekayaan Indonesia yang harus ditumbuhkan di segala bidang. ”Indonesia merupakan kepulauan terbesar di dunia. Suatu negara yang majemuk dari asal usul agama. Karena itu, kemajemukan ini akan menjadi sumber kemajuan bersama,” ungkapnya.

Indonesia diibaratkan sebuah rumah besar dengan segala warna-warni. Karena itu, dia meminta masyarakat untuk kompak, gotong royong, saling menghormati satu sama lain, dan bekerja sama dalam perbedaan. Perbedaan agama, menurutnya, tidak harus menjadikan masyarakat saling berpecah belah. Justru dengan perbedaan inilah, berbagai identitas yang ada di negara ini bisa bersatu.

”Secara administratif ada enam agama yang memang diakui di Kementerian Agama, tetapi masih ada banyak agama lain yang sama-sama dihormati hak-hak keyakinannya,” katanya. Dikatakan, Pancasila adalah titik temu yang memungkinkan segala warna menjadi satu, di mana antara konstitusi, UUD 1945, dan suatu kebijakan harus berlandaskan pada Pancasila.

Tak hanya majemuk dari sisi agama, Indonesia juga majemuk dari kelas-kelas sosial. Dia berpesan kepada mahasiswa agar tidak hanya mengejar kecerdasan verbal, tetapi juga kecerdasan warga negara (civic intelegence). ”Dengan Pancasila, orang yang berbeda agama secara inklusif disertakan dalam proses bernegara. Prestasi pribadi jangan menjadi sumber perpecahan bagi kebersamaan, tetapi harmoni bagi kebersamaan,” tutur Yudi.

(►Suara merdeka 6 Oktober 2017, http://www.suaramerdeka.com)

Tag

Facebook
Twitter
LinkedIn
Email
WhatsApp