Pages

Mestakung Ekonomi Jateng

SM 21_01_2019 Mestakung Ekonomi Jateng

Oleh Andreas Lako

"Selain memacu penurunan angka kemiskinan dan ketimpangan, pertumbuhan tersebut juga telah menurunkan jumlah pengangguran, meningkatkan pendapatan per kapita dan indeks pembangunan manusia (IPM), serta lainnya"

MESTAKUNG (semesta mendukung)! Itulah kesimpulan spontan saya ketika merespons siaran pers dan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) pada 15 Januari tentang penurunan tingkat kemiskinan dan ketimpangan Provinsi Jawa Tengah (Jateng).

Dalam siaran pers, BPS melaporkan bahwa Jateng menjadi provinsi terbaik dalam penurunan jumlah penduduk miskin pada September 2019. Jumlahnya turun dari 3,74 juta orang pada Maret 2019 (10,8%) menjadi 3,68 juta orang pada September 2019 (10,58%) atau menurun 63.830 orang (0,22%).

Menurut BPS, penurunan tersebut tertinggi di Indonesia. BPS juga melaporkan ketimpangan pengeluaran penduduk Jateng, yang tercermin dalam Rasio Gini, menurun dari 0,361 (September 2018) menjadi 0,358 (September 2019).

Jateng masuk dalam kategori provinsi dengan ketimpangan rendah. Informasi mengembirakan itu sesungguhnya bukanlah hal baru. Sejak 2014 hingga 2019, tren penurunan angka kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran di Jateng sudah terjadi secara berbarengan.

Seiring dengan selesainya pembangunan infrastruktur secara masif yang digerakkan pemerintahan Gubernur Ganjar Pranowo selama 2014- 2016 di hampir seluruh pelosok wilayah Jateng, penurunan angka kemiskinan dan ketimpangan secara signifikan mulai terjadi pada 2017-2019.

Tercatat jumlah penduduk miskin turun 297.000 orang (2017), 330.000 orang (2018), dan 188.000 orang (2019). Sementara itu, Rasio Gini yang terus naik selama 2010-2013 dari 0,32 (2009) menjadi 0,39 (2013), mulai tahun 2015 hingga 2019 terus menurun hingga mencapai 0,358 pada September 2019. Rasio Gini Jateng juga jauh lebih rendah dibanding nasional dan terendah di Pulau Jawa.

Selain kemiskinan dan ketimpangan ekonomi yang terus menurun, keberhasilan pembangunan infrastruktur yang digelorakan Pemprov Jateng selama 2014-2019 juga telah berhasil menurunkan ketimpangan antarwilayah. Ketimpangan antarwilayah, yang tercermin dalam Indeks Williamson, terus menurun dari 0,67 (2014) menjadi 0,61 (2019).

Mestakung Ekonomi

Harus diakui, prestasi penurunan angka kemiskinan dan ketimpangan tersebut sesungguhnya merupakan output dari hasil pembangunan inklusif (sustainable development) yang terus digelorakan Gubernur Ganjar Pranowo dan jajaran pemerintahannya selama enam tahun terakhir. Prestasi itu dapat juga diakui sebagai outcomes dari hasil pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan (sustainable growth).

Berkenaan dengan hasil pembangunan yang tercermin dalam sejumlah indikator utama ekonomi, seperti nilai PDRB, pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita dan inflasi, serta dampaknya terhadap penurunan kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan, harus diakui pula bahwa Jateng telah mengalami transformasi kemajuan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir.

Selain niat mulia dan tulus, yang diikuti pula dengan komitmen dan kerja keras bersama yang terus digelorakan Gubernur Ganjar bersama pemerintahannya untuk mencapai kemajuan bersama, harus diakui juga bahwa berbagai kemajuan ekonomi dan nonekonomi Jateng dalam beberapa tahun terakhir adalah berkat mestakung.

Alam semesta tampaknya mendukung niat baik, kerja keras, dan karya-karya nyata tersebut untuk membawa Jateng ke arah yang lebih baik dan bermakna. Ada tangan- tangan yang tidak terlihat (invisible hands) yang menggerakkan dukungan dari semesta alam tersebut.

Dari perspektif spiritual economics, tangan-tangan yang tak terlihat itu adalah Tuhan (God). Tuhanlah yang berada di balik mestakung itu. Tuhanlah yang telah memberkati, membimbing, dan memberkahi semua niat baikmulia dan kerja keras bersama tersebut sehingga angka-angka indikator ekonomi Jateng terus membaik atau meningkat.

Bukti nyata adanya mestakung ekonomi itu adalah sebagai berikut. Pertama, pertumbuhan ekonomi Jateng selama 2005-2013 (kecuali (2009) selalu berada di bawah nasional, sejak 2014 hingga 2019 selalu berada di atas nasional.

Meski selama 2016-217 pertumbuhannya sedikit melambat, pada 2018-2019 pertumbuhannnya terus meningkat. Pada 2019, di tengah belitan resesi ekonomi global yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi nasional dan sejumlah provinsi di Jawa merosot, ekonomi Jateng justru bertumbuh 5,46% (Januari-September 2019).

Pertumbuhan yang mengembirakan itu juga diikuti dengan inflasi yang rendah. Inflasi menurun drastis sejak 2015 hingga akhir 2019, yaitu berkisar 2,3%-3,7%. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang terjaga pada kisaran 5,27% (2014) hingga 5,46% (2019) dan inflasi yang rendah tersebut juga telah berimplikasi positif pada sejumlah aspek kehidupan sosialekonomi masyarakat.

Selain memacu penurunan angka kemiskinan dan ketimpangan, pertumbuhan tersebut juga telah menurunkan jumlah pengangguran, meningkatkan pendapatan per kapita dan indeks pembangunan manusia (IPM), serta lainnya.

Sejumlah implikasi positif yang dinikmati Jateng tersebut justru tidak dirasakan oleh tiga provinsi tetangga. Jabar dan Jatim misalnya, pada 2016-2019 pertumbuhan ekonominya lebih tinggi dari Jateng.

Namun, penurunan angka kemiskinannya lebih rendah dan tingkat ketimpangannya juga jauh lebih lebar dibanding Jateng. Pertumbuhan ekonomi DIY pada 2018-2019 memang meningkat drastis dan jauh lebih besar dibanding Jateng, namun tingkat ketimpangan ekonominya jauh lebih besar dari Jateng dan menjadi yang tertinggi di Indonesia.

Invisible Hands

Dari uraian tersebut bisa disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi Jateng selama 2014-2019 sesungguhnya adalah pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan.

Mestakung ekonomi itu tampaknya menjadi explanatory power untuk menjelaskan invisible hands di balik sejumlah pencapaian kinerja ekonomi dan implikasi positifnya terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat dan kemajuan daerah dalam enam tahun terakhir.

Invisible hands atau mestakung tersebut sangat mungkin juga akan menjadi “sumber kekuatan penolong” bagi pemerintah dan rakyat Jateng dalam upaya mewujudkan target dan peta jalan menuju pertumbuhan ekonomi 7% seperti diharapkan Presiden Jokowi dan Gubernur Ganjar Pranowo.

Syaratnya, niat baik dan mulia, kerja keras yang dilandasi nilai-nilai kasih kepada sesama dan lingkungan, kejujuran (mboten korupsi, mboten ngapusi) dan semangat kebersamaan untuk menjadi lebih baik dan bermakna mesti senantiasa dipupuk dan digelorakan oleh Gubernur dan seluruh jajaran pemerintah daerah serta rakyat Jateng. Semoga Tuhan dengan semua kekuatan semesta alam ciptaan-Nya akan memberkati dan memberkahi Jateng. Semoga! (40)

Andreas Lako, Guru Besar Akuntansi, Ketua Program Doktor Ilmu Lingkungan Unika Soegijapranata Semarang.

►Suara Merdeka 21 Januari 2020 hal. 6, https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/214504/mestakung-ekonomi-jateng

Tag

Facebook
Twitter
LinkedIn
Email
WhatsApp