Generasi langgas atau milenial penting melakukan investasi sejak dini. Kendati masih mengandalkan uang saku dari orangtua, menyisihkan uang untuk investasi diharapkan menjadi kebutuhan. Jangan sampai terjerat gaya hidup boros yang justru menyengsarakan di kemudian hari.
Hal itu disampaikan jurnalis senior Harian Kompas, Joice Tauris Santi dalam Seminar bertajuk “Empowering Millenials: Surviving Disruption Era” yang diselenggarakan di Gedung Thomas Aquinas, Unika Soegijapranata Semarang, Jawa Tengah, Jumat (24/5/2019). Kegiatan tersebut diadakan dalam rangka ulang tahun Kompas Corner Unika Soegijapranata yang ke-1.
Joice yang juga mengantongi Certified Financial Planner Board of Standards (CFP Board) United States menyampaikan materi tentang perencanaan investasi. Adapun dosen Program Studi Komunikasi Unika Soegijapranata Vincentia Ananda menyampaikan materi tentang Millenials & New Media.
Menurut Joice, kesadaran investasi penting dimiliki oleh kaum milenial atau juga disebut generasi langgas sejak muda. “Hal pertama yang mesti dilakukan adalah membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Makan tiga kali sehari itu kebutuhan atau keinginan? Bagaimana dengan ngopi ‘cantik’ di kafe? Itu keinginan atau kebutuhan?” tanya Joice kepada puluhan peserta seminar.
Merujuk survei Charles Schwab, sebuah lembaga penasihat keuangan AS, generasi langgas membelanjakan lebih dari 50 persen uangnya untuk transportasi dan pengantaran barang secara daring. Bahkan, dua pertiga kaum milenial hidup hanya menghabiskan gaji satu bulan ke bulan berikutnya.
“Hal ini terjadi karena generasi milenial lebih mudah terjebak memenuhi keinginan ketimbang kebutuhan. Salah satunya seperti belanja online, ngopi dan makan di tempat mahal, dan hal-hal yang sebenarnya tidak dibutuhkan,” ujar Joice.
Untuk itu, dia mendorong para mahasiswa untuk mulai mengenal instrumen investasi sejak dini. Mulai dari reksadana, emas, pasar modal, hingga properti.
“Untuk melakukan investasi saat ini jauh lebih mudah ketimbang 10-20 tahun lalu. Kita semua bisa membeli saham, misalnya, hanya melalui layar gadget,” tuturnya.
Joice membandingkan, seorang berumur 25 tahun, hanya perlu berinvestasi Rp 340.000 sebulan dalam waktu 35 tahun untuk mendapatkan Rp 5 miliar. Namun, seseorang dengan usia 35 tahun, harus menyisihkan Rp 2,5 juta per bulan selama 25 tahun untuk mendapatkan nilai yang sama, Rp 5 miliar. Kedua simulasi tersebut memakai perhitungan imbal hasil 15 persen.
Pada sesi berikutnya, Ananda memaparkan pentingnya generasi langgas mengenali karakteristiknya dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Salah satunya agar bisa memahami keunggulan dan kekurangannya.
“Karena lahir dengan banyak kemudahan dan fasilitas, banyak yang bilang, generasi milienial kurang tangguh dan mudah menyerah. Tapi, keunggulannya mereka gemar mengeksplorasi hal-hal baru dan berani mengambil risiko,” ujar Ananda.
Sementara itu, terkait kegiatan Kompas Corner, Wakil Dekan Fakultas Hukum dan Komunikasi Unika Soegijapranata, Budi Sarwo mengaku, sangat mengapresiasi kegiatan hasil kerja sama Harian Kompas dan Unika Soegijapranata tersebut. Dia berharap, kegiatan tersebut dapat mewadahi kreativitas mahasiswa sekaligus meningkatkan literasi di kalangan generasi langgas.
Kompas Corner di Unika Soegijapranata diresmikan 8 April 2018. Kompas Corner menjadi learning center dengan adanya Pusat Informasi Kompas yang menyediakan berita dan data Kompas mulai 1965 serta akses penuh portal berita Kompas.id. Seluruh hal tersebut dapat diakses di PC Kompas Corner Unika Soegijapranata. Selain itu, mahasiswa juga dapat mengakses buku-buku Penerbit Buku Kompas. Kompas Corner juga dijadikan ruang kreatif untuk berbagai diskusi.