Pages

FAD Unika Pamerkan Hasil Live In Mahasiswa di Asmat

SM 18_10_2016 FAD Unika Pamerkan Hasil Live In Mahasiswa di AsmatPerkembangan dunia arsitektur di Indonesia yang lebih mengarah ke barat dibandingkan arsitektur tanah air, dirasa kurang tepat dengan kondisi alam dan budaya. Ketua Panitia ‘Pameran dan Diskusi Budaya Melihat Asmat dan Suroba dari Dekat’ Ir Ch Koesmartadi MT menyatakan, filosofi rumah bagi orang Indonesia adalah yang paling penting untuk tempat berteduh.

“Tidak kepanasan, tidak kehujanan. Arsitektur di Indonesia juga tidak mengenal jendela kaca seperti di Eropa. Di sana mengenal kaca agar salju yang turun tidak masuk ke dalam rumah. Arsitektur di Indonesia hanya mengenal tirai,” kata pria yang akrab disapa Koes.

Pameran ini sambungnya, merupakan satu cara untuk memperlihatkan Arsitektur yang digali dari kekayaan Nusantara mengandung sarat nilai dan makna. Selama satu pekan dari Senin (17/10), semua hasil live in mahasiswa Prodi
Arsitektur di pedalaman Asmat diperlihatkan kepada seluruh mahasiswa Arsitektur Unika Soegijapranata pada khususnya dan mahasiswa Arsitektur dari Universitas lainnya, di selasar Gedung Thomas Aquinas.

“Dalam pameran ini akan ditemui gambar rumah dan maket yang dibuat berdasar data fisik. Juga ditelusuri dari beberapa aspek langsung dari para penghuni, budayawan, tokoh adat dan orang-orang daerah setempat yang ahli membuat bangunan sehingga mereka mendapatkan data primer yang diterjemahkan dalam beberapa desain,” tuturnya.

Desain-desain ini juga akan didiskusikan pada Senin (24/10) mendatang. Menggali kekayaan budaya Arsitektur Nusantara ini didukung oleh Rumah Asuh, sebagai sebuah gerakan mengajak mahasiswa terpilih untuk belajar dengan para pemangku dan masyarakat desa selama satu setengah bulan. Mahasiswa belajar dari mereka bagaimana membangun rumah-rumah tradisional di seluruh tanah air.

“Sekarang ini banyak mahasiswa saya yang mengajukan pembangunan dengan beton bertulang tanpa mengerti makna filosofinya. Bangunan tradisional Indonesia selain ramah lingkungan, mitigasi terhadap alam dan mengadung filosofi yang tidak dijumpai pada bangunan barat,” papar Koes. ( http://berita.suaramerdeka.com )

Tag

Facebook
Twitter
LinkedIn
Email
WhatsApp