Mahasiswa Rekayasa Infrastruktur dan Lingkungan (RIL) Perpetua Rafaela Lundia Deuxima Anggito (Alumnus SMAN 3 Klaten) dan Mahasiswa Teknik Informatika Ernst Edgard Finsesius (Alumnus SMAN 1 Ungaran) dari Soegijapranata Catholic University (SCU) mendalami bisnis berkelanjutan dalam Suranaree University of Technology (SUT) Global Entrepreneurship Camp 2025. Kegiatan tersebut diselenggarakan salah satu akademi kewirausahaan milik SUT, Student Entrepreneurship Development Academy (SEDA) di Thailand pada 8–18 Januari 2025.
Ada lebih dari 80 mahasiswa program sarjana hingga pascasarjana yang turut berpartisipasi. Mereka berasal dari berbagai negara, di antaranya Oman, Thailand, Tiongkok, Afrika Selatan, India, Filipina, Jepang, Rusia, dan Latvia. Selain SCU, dari Indonesia sendiri juga ada mahasiswa dari President University, UNBRAW, dan ITS.
Mengangkat tema “Sustainable and Resilient Communities: Innovation for a Healthier Planet and People,” kegiatan ini berfokus pada inovasi kewirausahaan yang berpijak pada keberlanjutan lingkungan dan sosial. Tema ini juga selaras dengan 3 poin dalam agenda Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu kesehatan, kota dan permukiman berkelanjutan, penanganan perubahan iklim, dan ekosistem darat.
“Poinnya adalah mendalami pentingnya sustainability dalam menjalankan suatu bisnis. Bagaimana menciptakan ide-ide bisnis yang revolusioner namun tetap ramah lingkungan,” tambah Ernst dan Ella.
Selama 10 hari, para peserta mengikuti sesi kelas, diskusi kelompok, workshop dari dosen dan praktisi wirausaha Thailand, serta kegiatan lapangan seperti kunjungan ke desa berkelanjutan, Taman Nasional Khao Yai, dan bursa efek utama di Thailand.
“Ada beberapa tim pergi mengunjungi kebun mangga yang terbesar di Thailand, ada juga yang pergi ke tempat es krim terkenal di taman nasional tersebut. Kami melakukan tour di SUT dan malamnya berkeliling ke Festival Agrikultur di sana,” tambah Ernst.
Peserta juga mempresentasikan gagasan ide bisnis berkelanjutannya, sesuai dengan permasalahan yang saat ini nyata terjadi. “Kami berkesempatan pitching ide bisnis dalam kelompok lintas negara. Sangat seru karena harus kerja bareng teman dari budaya dan latar belakang berbeda,” ungkap Ernst.
Keikutsertaan Ernst dalam camp ini berawal dari pelatihan SPOC Hong Kong Baptist University yang mendorongnya untuk mencari pengalaman lebih luas. “Ini pengalaman luar negeri pertama saya, jadi saya sangat bersemangat,” katanya.
Sementara, Ella tertarik mengikuti camp ini karena merasa relevan dengan keilmuannya di program studi. “Selain mendapatkan banyak ilmu baru, pengalaman lintas budaya, kami juga belajar pentingnya kolaborasi lintas disiplin untuk menciptakan inovasi bisnis yang relevan dan berdampak positif bagi lingkungan,” ujar Ella.