Pada hari Kamis (12/4) bertempat di Gedung Thomas Aquinas lantai dua kampus Unika Soegijapranata, kembali test penerimaan calon mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Unika Soegijapranata (PDILU) telah diadakan. Sebelumnya, pada hari Jumat (6/4) juga telah dilaksanakan test penerimaan calon mahasiswa baru gelombang I yang diikuti oleh tiga calon mahasiswa baru, sedangkan test penerimaan yang berikutnya ini merupakan kelanjutan dari test yang pertama, serta diikuti oleh tujuh calon mahasiswa baru. Jadi total calon mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Unika adalah 10 calon mahasiswa.
Prof Andreas Lako selaku Ketua Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan Unika Soegijapranata (PDILU) menjelaskan, “Tim pewawancara untuk test penerimaan calon mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Unika ada dua kelompok yakni satu kelompok yang terdiri dari lima dosen pewawancara untuk bidang ilmu sosial, sedangkan kelompok lain dengan jumlah yang sama yaitu lima dosen pewawancara untuk bidang ilmu non sosial atau teknik. Jadi total tim pewawancara juga ada 10 orang.”
“Tujuan dari test wawancara dengan para calon mahasiswa adalah yang pertama, mereka mempresentasikan mengenai arah atau draft proposal riset-riset yang akan mereka lakukan, kemudian dari presentasi proposal itu kita sudah bisa melihat kira-kira minat risetnya dimana, apa yang harus dia lakukan, ada juga masukan-masukan untuk penyempurnaan. Sedangkan tujuan kedua adalah kita akan memilih kira-kira siapa yang akan menjadi pembimbing disertasinya, serta menjajagi beberapa hal terkait studi S3 dari calon mahasiswa tersebut, seperti materi wawancara lainnya yaitu bagaimana keadaan kesehatan, bagaimana dukungan keluarga, bagaimana kemampuan finansial dan bagaimana aspek-aspek psikologi, cara berpikir dan team worknya. Atau apabila dari instansi, bagaimana perijinannya selama kuliah S3 Ilmu Lingkungan di Unika,” ungkapnya.
“Dan pada hari ini Senin (16/4), hasil test wawancara akan kita umumkan kepada para calon mahasiswa melalui group Whatsapp calon mahasiswa, Website Unika serta lewat surat resmi, setelah sebelumnya pada hari Jumat (13/4) kita rapat dan memutuskan bahwa 10 calon mahasiswa dinyatakan layak dan pantas untuk mengambil Program Doktor Ilmu Lingkungan Unika, meskipun ada beberapa catatan pada hasil presentasi mereka,” terang Prof Andreas.
Sementara itu dalam sesi wawancara dengan dua calon mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Unika, setelah keduanya mengikuti test penerimaan mahasiswa. Salah satunya adalah Th. Angelic Dolly Pudjowati yang memiliki latar belakang pendidikan S1 FKIP Bahasa Inggris dan S2 Magister Manajemen jurusan Manajemen Pemasaran, mengungkapkan pandangannya tentang Studi S3 Ilmu Lingkungan yang menarik minatnya sehingga dia ingin menekuninya dalam studi Doktoralnya. “ Lingkungan dalam pemahaman saya itu cukup luas, jadi tidak hanya lingkungan alam yang cakupannya misalnya pada bencana alam atau penghijauan, tetapi juga manusia. Jadi termasuk human ecology yaitu bagaimana hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain tetapi bukan hanya dilihat dari sisi psikologi atau bisnis tetapi juga bagaimana berrelasi dari berbagai sisi termasuk yang mendasar yakni martabat manusia. Siapapun mereka, apapun kedudukannya tinggi atau rendah, entah kaya atau miskin tatapi tetap sama-sama manusia. Bagaimana bisa saling berrelasi dengan baik padahal dari sisi pada umumnya orang kan terbatas pada jabatan-jabatan tertentu, yang kadang karena jabatan tersebut justru menjadi penghambat dalam berrelasi dengan sesamanya. Maka lingkungan itu menurut saya penting sekali, apalagi menurut pengamatan saya, suatu karya yang saya geluti adalah mengurusi orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan, nah untuk gangguan kejiwaan itu faktor lingkungan sangat berpengaruh.”
“ Faktor lingkungan bisa mempengaruhi kondisi pasien gangguan kejiwaan yaitu bisa mensupport tetapi bisa juga memperburuk. Jadi kalau di Unika Soegijapranata ada studi program S3 Ilmu Lingkungan, ya saya sangat berharap lingkungan itu tidak hanya lingkungan yang dipahami sebagai lingkungan tanaman atau binatang atau alam atau apa, tetapi lingkungan manusia juga jangan dilupakan,” sambungnya.
“ Dalam studi saya nanti, saya akan menyoroti bagaimana penanganan gelandangan psikotik di wilayah perbatasan Jawa Barat – Jawa Tengah, karena seringkali karena kondisi-kondisi yang tidak memungkinkan dan keterbatasan-keterbatasan tertentu sehingga terjadi operasi trantib yang saling lempar dari satu wilayah ke wilayah lain. Sebetulnya sudah ada MoU di sembilan kabupaten pada tahun 2012, namun hasilnya belum optimal. Kemudian menyusul ada MoU berikutnya pada tahun 2015 oleh 19 kabupaten dan ini kelihatannya hasilnya juga belum optimal. Jadi perlu diteliti menurut saya,” terang Angelic.
“ Sedangkan kepemimpinan lingkungan yang menjadi kekhususan dalam S3 Ilmu Lingkungan ini, menurut saya seorang pemimpin harus memiliki wawasan luas terutama tidak berpikir sektoral, sehingga dengan demikian kebijakannya pun juga lebih baik atau jadi tidak narrow minded. Jadi bagaimana kepemimpinan lingkungan menurut saya ya seperti itu, yaitu seorang pemimpin yang cara berpikirnya memiliki ranah yang interdisiplin. Seperti manusia yang memiliki banyak aspek terutama punya heart, body dan mind, dan tiga aspek itu harus menyatu. Demikian pula menurut saya, interdisiplin ilmu mestinya aplikasinya juga menyatu, idealnya menurut saya begitu. Sehingga harapannya apabila para pemimpin di Indonesia mau studi ilmu interdisipliner, kayaknya wajah Indonesia akan berbeda menjadi lebih baik, karena melihatnya tidak hanya dari satu sisi ” tandasnya.
Sedangkan dalam wawancara dengan salah satu calon mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Unika yang lainnya yaitu Ervinna Kristyaningsih yang memiliki latar belakang profesi dari asuransi, menjelaskan tujuannya studi lanjut S3 Ilmu Lingkungan di Unika.” Alasan saya studi lanjut S3 Ilmu Lingkungan di Unika, karena saya memang harus mengupgrade diri saya, karena ke depan tantangannya jauh lebih berat. Sedangkan ilmu lingkungan adalah sesuatu yang baru buat saya tetapi dalam beberapa komunitas mereka mengatakan ke depan ini (S3 Ilmu Lingkungan) yang dipakai karena memiliki view yang lebih luas tidak hanya satu spesialis. Dan dalam studi S3 Ilmu Lingkungan ini saya ingin melihat scope-nya lebih besar atau luas lagi dari yang selama ini sudah saya geluti di asuransi, sehingga saya akan lebih banyak tahu dan akan bisa lebih banyak melakukan banyak hal lebih dari seorang financial planner untuk personal serta bisa lebih banyak ke lingkungan dan itu mungkin bisa berdampak lebih banyak hidup saya buat mereka,” ucap Ervinna.(fas)