Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Hukum dan Komunikasi (FHK) Unika Soegijapranata pada hari Kamis (22/11) telah menyelenggarakan kegiatan talkshow bertemakan “Phubbing : Habit or Disease?”, yamg diselenggarakan di ruang Teater gedung Thomas Aquinas Unika.
Acara yang merupakan bagian dari mata kuliah Event Organizer ini, menjadi ajang praktek mengelola sebuah event yang dilakukan oleh para mahasiswa dari persiapan hingga pelaksanaan acara.
Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FHK Unika Abraham Wahyu Nugroho SIKom MA menjelaskan,“Ini adalah praktek mata kuliah event organizer yang ada di Program Studi Ilmu Komunikasi. Jadi teman-teman panitia itu belajar merencanakan program kemudian bekerja dalam tim dan berkomunikasi dengan berbagai pihak. Sedangkan tema yang dipilih adalah phubbing karena melihat kondisi sekarang ini banyak anak muda yang tidak peduli atau acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitarnya, sebagai akibat dari kecanduan bermain gadget mereka masing-masing. Harapannya dengan acara ini bisa memberikan wawasan ke kita semua bahwa sebaiknya manusia itulah yang mengendalikan teknologi bukan teknologi yang mengendalikan manusia,” ucapnya.
Sedangkan salah satu pembicara dari Diskominfo Kota Semarang Taufik Hidayat yang menjabat sebagai Kepala Bidang e-government, lebih menekankan pada sisi manusia sebagai mahluk sosial dalam materinya. “Harus disadari betul oleh masyarakat siapapun juga untuk bisa kembali kepada fitrahnya bahwa kita adalah makhluk sosial untuk tetap berinteraksi tanpa juga meninggalkan dunia teknologi informasi dan komunikasi sebagai tool untuk mempermudah kinerja kita manusia. Maka pemerintah selalu menganjurkan gunakanlah teknologi informasi komunikasi itu secara cerdas, cakap, kreatif dan produktif melalui cara-cara penggunaan internet yang sehat.”
Hadir pula sebagai pembicara dalam talkshow bertema phubbing ini seorang praktisi psikologi Patrick Yesandro S Psi yang mengemukakan pandangannya dari sisi psikologi. “Saya akan menyampaikan tentang nomofobia yaitu kecenderungan anak zaman sekarang yang takut atau cenderung merasa gelisah ketika jauh dari handphone (HP). Saya juga akan banyak membahas tentang efek secara psikis tentang penggunaan HP secara berlebih mulai dari kecemasan kemudian adanya keragu-raguan ketika merasa sendiri bahkan sampai pada kecenderungan hanya merasa senang di dunianya sendiri. Dan hari ini saya berharap setelah mengetahui ciri-ciri nomofobia maka mereka ada kebiasaan baru untuk membatasi penggunaan HP kemudian ketika di rumah pun bahkan menyepakati hal-hal kecil ketika di rumah semisal ketika jam makan malam disepakati untuk makan malam bersama kemudian HP diletakkan, begitu juga ketika malam hari sebelum tidur HP akan dimatikan.”
Efek Phubbing
“Efek negatif dari nomofobia diantaranya adalah menjadi seorang yang sangat introvert yaitu introvert dengan segala persepsinya, bahkan bisa berdampak pada skizofrenia atau pada kecemasan berlebih. Sedangkan untuk anak usia sekarang anak usia SD khususnya di generasi milenial ini yang sangat berdampak adalah pentingnya like, dengan anggapan bahwa kehidupan mereka sepenuhnya adalah di HP atau status mereka. Banyaknya like mempengaruhi tentang kebanggaan mereka, termasuk tidak adanya like bisa menimbulkan di beberapa kasus menjadi pemicu bunuh diri karena likenya tidak ada sama sekali dan ketika anak merasa sedih meluapkan emosinya di status media sosialnya tidak ada tanggapan merasa dirinya semakin sendiri padahal yang terpenting adalah bagaimana si anak ataupun setiap individu bercerita dengan orang lain mencoba menerima masukan atau pun hanya sekedar share kepada orang lain,” imbuh Patrick.
Hadirkan Selebgram
Pada sesi acara yang kedua dihadirkan pula narasumber yang lebih fokus pada pengembangan teknologi yang saat ini sedang populer yaitu seorang selebgram Geraldy Tan yang juga penulis buku ‘Pengabdi Netijen’.
Dalam paparannya Geraldy Tan lebih banyak mengulas tentang bagaimana biar sosial media itu bisa menjadi positif, karena selama ini orang orang menggunakan sosial media lebih banyak untuk sharing kehidupan mereka tapi di balik itu bisa lebih dari itu karena melalui sosial media juga bisa menjadi content creator atau penulis dari sosial media. (fas)