Sebanyak 96 karya mahasiswa Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) Soegijapranata Catholic University (SCU) dipamerkan dalam Pameran Studio DKV Terpadu di Gedung Henricus Constant, Kampus 1 SCU Bendan pada Kamis, 5 Desember 2024. Pameran ini merupakan capaian akhir dalam Mata Kuliah Studio DKV Terpadu, sedangkan karya yang dipamerkan merupakan proyek tugas akhir yang digarap mahasiswa selama 1 semester.
Rutin diselenggarakan tiap tahunnya, kali ini mahasiswa ditantang untuk menciptakan solusi desain bagi komunitas difabel. “Kami menggandeng komunitas difabel sebagai klien riil, agar mahasiswa memahami kebutuhan mereka dan menciptakan konsep komunikasi pemasaran terpadu yang relevan dan berdaya guna,” sambung Koordinator Studio DKV Terpadu Peter Ardhianto, PhD.
Lebih lanjut, Peter menjelaskan bahwa karya yang dipamerkan bertujuan untuk menjawab berbagai tantangan yang dihadapi komunitas difabel di Semarang. Ada 6 komunitas difabel yang digandeng, yaitu: 1) BISINDO; 2) Komunitas Sahabat Difabel dan Roemah Difabel; 3) Amanah; 4) Kinasih; 5) Yogasmara, dan; 6) Batik Katun Ungu.
Pameran ini tidak hanya menampilkan kreativitas mahasiswa, tetapi juga mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) melalui pengembangan masyarakat inklusif. Peter menambahkan, “Kami ingin mahasiswa memahami pentingnya inklusivitas. Harapannya, saat mereka terjun ke dunia kerja, desain yang mereka hasilkan bisa memberikan solusi nyata dan mempertimbangkan kebutuhan kaum difabel.”
Menjawab Tantangan Nyata
Melalui observasi lapangan yang dilakukan 6 kali dalam 1 semester, mahasiswa menggali kebutuhan dasar promosi komunitas difabel yang sering kali kurang dipahami masyarakat. Adapun beberapa tantangan yang dihadapi seperti kurangnya pengajar, minimnya minat masyarakat terhadap program antar komunitas, hingga kesenjangan dalam penyerapan tenaga kerja difabel.
“Mahasiswa terlibat langsung melalui observasi dan riset di lapangan. Ada yang mengajar, memberikan asistensi, bahkan mengikuti aktivitas seperti bercocok tanam bersama komunitas,” ujar Peter.
Karya-karya mahasiswa ini mencakup berbagai strategi promosi terpadu, khususnya kampanye visual. Salah satu fokus utamanya adalah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang potensi dan keunikan komunitas difabel, khususnya untuk mempermudah akses tenaga kerja bagi penyandang disabilitas. “Kami ingin masyarakat melihat bahwa teman-teman difabel punya nilai lebih, seperti ketelitian dan kreativitas tinggi,” tambah Peter.
Perayaan Hari Disabilitas Internasional
Nantinya, 10 karya terbaik dari pameran ini akan dipamerkan di Tentrem Mall Semarang pada 13 Desember 2024, bertepatan dengan perayaan Hari Disabilitas Internasional. Karya-karya tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata dalam mempromosikan komunitas difabel di Semarang.
“Kami juga memberikan hasil karya kepada komunitas difabel agar mereka dapat memanfaatkannya sesuai kebutuhan. Dengan ini, mahasiswa tidak hanya belajar, tetapi juga berkontribusi dalam pemberdayaan komunitas,” pungkas Peter.