Fakultas Arsitektur dan Desain (FAD) Unika Soegijapranata pada Senin (8/2) mengawali Serial Diskusi Arsitektur dan Desain (SDAD) yang pertama dengan tema “ Design Thinking”, melalui ruang virtual Unika Soegijapranata.
Dalam acara diskusi yang dipandu oleh moderator Ryan Sheehan Nababan SSn MSn, masing-masing narasumber tampak memaparkan materinya, pada sesi yang pertama disampaikan oleh salah satu dosen Prodi Desain Komunikasi Visual Unika Alfons Christian H S Ds MA dengan topik “Pembuatan Modul Pelatihan Design Thinking Fotografi Gawai Di Organisasi Garkatin Semarang.”
Sedangkan pada sesi kedua, tampak memaparkan materinya, salah satu dosen yang juga dari Prodi Desain Komunikasi Visual Unika Soegijapranata Arwin Purnama Jati SSn MA dengan bahasannya mengenai “Efektivitas Metode ‘Design Thinking’ dalam Proses Desain Berdasarkan Orientasi Kebutuhan Pengguna.”
Di awal acara Serial Diskusi ini Dekan FAD Unika Soegijapranata Dra B Tyas Susanti MA PhD sempat menyampaikan pesan dan harapannya terkait pelaksanaan SDAD.
“SDAD ini sebenarnya menghidupkan kembali kegiatan yang pernah dilaksanakan secara rutin pada beberapa waktu sebelumnya, namun karena suatu hal sempat terhenti. Dan kami berencana menghidupkan kembali kegiatan ini pada semester ini,” tuturnya.
Tentu saja kami berharap para dosen dan mahasiswa akan bisa menshare karyanya, baik itu penelitian ataupun pengabdian dalam forum ini, sehingga melalui SDAD ini kita bisa saling sharing dan membuka wawasan kita dalam bidang ilmu arsitektur dan desain.
Disamping juga bisa menjadi media publikasi ke masyarakat mengenai apa saja yang telah dilakukan oleh para dosen dan mahasiswa serta bagimana kontribusi FAD dalam pengembangan ilmu dan teknologi dalam bidang arsitektur dan desain, lanjutnya.
Sementara itu Alfons Christian S Ds MA mengawali paparan materinya sebagai pemateri sesi pertama, dengan menjelaskan maksud awal pengabdiannya di Gerkatin (Gerakan Kesejahteraan Untuk Tunarungu Indonesia) Semarang.
“Sebenarnya konsep awal pengabdian saya adalah berencana mengadakan pelatihan design thinking fotografi gawai di organisasi garkatin semarang. Sedangkan di Gerkatin sendiri setiap tahun selalu mengadakan kegiatan pelatihan atau kesadaran kepada masyarakat umum terkait pentingnya bahasa isyarat,” ucapnya.
Disamping itu, dalam aktifitas keseharian saudara kita yang tunarungu, komunikasi visual ternyata bisa digunakan dalam bahasa isyaratnya. Dan dalam pertemuan dengan anggota Gerkatin sebelum terjadi pandemi covid-19 (tahun 2019), mereka tampaknya menginginkan adanya pelatihan desain yaitu pelatihan desain komunikasi visual yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan penggunaan gawai (Smartphone).
Munculnya ide penggunaan media smartphone ini karena para anggota Gerkatin ternyata banyak yang berminat terhadap fotografi, sementara smartphone juga sering digunakan oleh para anggota untuk berkomunikasi via whatsapp bahkan mereka mengembangkan bahasa isyarat baru untuk memudahkan komunikasi mereka, terang Alfons.
Namun memasuki bulan April 2020, muncul pandemi covid-19 dengan pembatasan PSBB, dan tampaknya dalam masa pandemi tingkat keaktifan anggota Gerkatin dalam menggunakan gawai meningkat, hal ini menjadi peluang untuk mengadakan pelatihan namun bukan pelatihan design thinking, tetapi pembuatan modul design thinking.
Dalam modul yang berisi lima bab ini, para anggota Gerkatin bisa membaca selama masa WFH, yang didalamnya tidak hanya mengetahui pemilihan designnya saja tetapi juga penggunaan bahasa yang disesuaikan dengan kebutuhan anggotanya serta fotografi, tandasnya.
Sementara dalam pemateri kedua yang dipaparkan oleh Arwin Purnama Jati SSn MA, dibahas tentang pengaplikasian design thinking yang bisa digunakan untuk merancang sesuatu baik untuk ekonomi, sains, bisnis dan terutama untuk arsitektur.
“Metode design thinking digunakan desainer sebagai metode sistematis untuk membantu menemukan gagasan, menggali informasi dan data obyektif dalam proses desain,” paparnya.
Di masa sekarang, basic dari setiap desain adalah human center yaitu untuk memenuhi kebutuhan pengguna, artinya semua dimudahkan. Selain itu, design thinking bisa juga diartikan sebagai pendekatan atau metode yang digunakan untuk problem-solving secara praktis dan kreatif.
Demikian pula proses desain pada dasarnya berpusat pada manusia. Pengalaman pengguna sebagai tahapan awal menentukan arah untuk membawa pada solusi desain dan hasil akhir yang diharapkan, yang dalam hal ini meliputi tiga hal yaitu desirability, feasibility serta viability, dan ketiganya berpusat pada manusianya, sambungnya.
Selanjutnya salah satu cara terkait secara spesifik dengan desain yaitu kebutuhan pengguna (user needs) sebagai proses desain yang melibatkan atau berpusat pada pengguna. Dan proses ini merupakan bagian yang terpenting dalam proses desain karena keterlibatan dengan pengguna.
Untuk mencapai itu, ada lima tahapan yang harus dilakukan yaitu empathise, define, ideate, prototype, dan test, pungkasnya. (FAS)