Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan (LP3) Unika Soegijapranata pada Rabu pagi hingga siang (15/1), telah menyelenggarakan seminar Academic Recharging yang ke-4 dengan mengusung tema “Nurturing Future Leaders Through Education 4.0“.
Dalam acara seminar yang diselenggarakan di ruang Teater gedung Thomas Aquinas ini, dihadiri oleh hampir seluruh dosen pengajar Unika Soegijapranata yang berjumlah sekitar 260 orang.
Dan menyampaikan materi dalam acara seminar ini, Tim Ahli Kurikulum dan Pembelajaran Dikti Dr Ir Syamsul Arifin MT, dan Pakar Educational Technology Ir Onno W Purbo M Eng PhD.
Ketua LP3 Unika Eny Trimeiningrum SE MSi dalam pengantarnya saat acara berlangsung mengemukakan bahwa seminar Academic Recharging ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh LP3 Unika Soegijapranata.
“Dalam seminar academic recharging ke-4 ini, kita coba merecharge para dosen di Unika Soegijapranata agar menyiapkan proses dan metode pembelajaran maupun evaluasi kurikulum yang ada, terkait dengan education 4.0,” jelas Eny.
Kami berharap dari masing-masing program studi dapat melakukan evaluasi dan nantinya dikembangkan terkait dengan kurikulum yang harus sesuai dengan kurikulum 4.0, yang didalamnya ada pergeseran-pergeseran dalam hal metode pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan revolusi industri 4.0, lanjutnya.
Sedang Dr Syamsul Arifin sebagai pemateri pertama, mencoba mengurai tentang education 4.0 dan kurikulum 4.0 yang saat ini sedang didorong untuk mengarah kesana oleh pemerintah.
“Education 4.0 adalah merupakan respon terhadap revolusi industri 4.0, dimana proses pendidikan akan lebih personal, sehingga tantangan para dosen adalah bagaimana selalu mengupdate untuk memenuhi kebutuhan belajar mahasiswanya,” terang Dr Syamsul.
Tentu saja orientasinya pada kemampuan mahasiswa. Jadi tuntutan di bidang pekerjaan nanti lebih banyak diharapkan pada kemampuan kompetensi oleh para stake holder.
Sedangkan trend ke depan, pembelajaran mengarah kepada education 4.0, sesuai dengan kebutuhan para mahasiswa. Para mahasiswa bisa mengambil mata kuliah tidak hanya yang ditawarkan di prodinya saja tetapi bisa juga mengambil dari prodi-prodi yang lain.
Dan itu didukung oleh ketentuan-ketentuan yang ada di Kemendikbud, termasuk penggunaan blended learning dengan menggunakan e-learning, itu Kemendikbud sudah menyiapkan perangkat-perangkat aturannya. Sehingga dengan demikian proses pembelajaran dengan menggunakan distance learning, e-learning dan blended learning sudah menjadi legal dan diperkenankan, imbuhnya.
Disamping itu dalam akreditasi BAN PT versi yang baru akan menggunakan sembilan kriteria, dengan demikian basisnya adalah output, process dan outcome. Sehingga dengan demikian yang difokuskan adalah pada kemampuan lulusannya atau outcomenya, bukan pada masa tunggunya berapa atau IP (Indeks Prestasi)nya berapa.
Termasuk dalam proses pembelajaran, akan berpengaruh pula pada hasil pencapaian seperti penggunaan e-learning atau blended learning yang didalamnya ada dokumen pembelajaran dalam bentuk audio visual.
“Jadi tugas dosen menurut standard nasional perguruan tinggi (Dikti) itu antara lain adalah (pertama) membuat perencanaan pembelajaran termasuk pengembangan konten, (kedua) melaksanakan proses pembelajaran di kelas maupun distance learning, (ketiga) melakukan kontrol pada proses pembelajaran, baik di dalam kelas maupun pembelajaran di luar kelas, (keempat) melakukan penilaian baik pada proses belajar maupun hasil belajar, (kelima) melakukan evaluasi dalam rangka perbaikan terus menerus atau plan, check, do & action-nya,” tegas Dr Syamsul.
Adapun Onno W Purba PhD selaku pakar educational technology dalam paparan materinya juga menegaskan bahwa dalam rangka menuju education 4.0, maka perlu ada teknik personalisasi pada para mahasiswa.
“Artinya data dari nilai atau dari apa yang mahasiswa posting itu kita ambil dan dihitung serta analisa sehingga arahnya pada sumberdaya manusia dan selanjutnya bisa diketahui kira-kira kapan bisa lulus dan cocok atau tidak terhadap karir yang dipilih,” jelas Onno W purba PhD.
Sehingga sejak dari awal, para mahasiswa bisa diprediksi sebaiknya proses pembelajarannya seperti apa. Hal demikian bisa juga dilakukan pada siswa SMA yang ingin mengetahui prediksi karir dan studi yang cocok bagi siswa melalui nilai, tulisan, posting foto maupun perilaku, sambungnya.
Lebih lanjut Onno menambahkan bahwa dalam praktek mengajarnya, para mahasiswa dipersilahkan mengikuti test berulang-ulang dengan soal yang berbeda-beda dan diambil nilai terbaiknya, sehingga dengan proses pengerjaan berulang-ulang tersebut mahasiswa dapat memahami materi yang harus mereka ketahui dan dapat menentukan nilai terbaiknya.
“Selain itu, para mahasiswa juga saya ajak untuk mempraktekkan apa yang diajarkannya, karena kebetulan disiplin ilmu saya dari IT, misalnya membuat web server, atau membuat alat komunikasi sendiri. Hal demikian membuat para mahasiswa selalu girang dalam mengikuti perkuliahan, bahkan meski sudah selesai menempuh mata kuliah pun mereka masih tetap senang ikut dalam perkuliahan lagi,” tandasnya. (fas)