Pages

PSU Unika Adakan Workshop Untuk Kembangkan Kota Inklusif dan Toleran

Sebuah workshop yang bertemakan “Membangun Kota yang Inklusif dan Toleran” telah diselenggarakan oleh Pusat Studi Urban (PSU) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unika Soegijapranata, Kamis (9/8).
Kegiatan yang mengundang dosen dari beberapa perguruan tinggi di Jawa ini, diselenggarakan untuk yang kesekian kali setelah sebelumnya tiap lima tahun sekali mengadakan kegiatan.
Seperti yang diutarakan oleh Dr. Y. Trihoni Nalesti Dewi, SH., M.Hum selaku Ketua PSU Unika Soegijapranata, beberapa saat sebelum acara dimulai, “Kegiatan hari ini adalah  rangkaian dari kegiatan-kegiatan yang sudah diikuti oleh Pusat Studi Urban (PSU) Unika pada waktu yang lalu. Jadi pada awalnya ada sebuah inisiasi untuk membentuk sebuah aliansi untuk pendidikan perdamaian yang kemudian pendidikan perdamaian itu menghasilkan sebuah komunitas lagi namanya Indonesian Peace Network (IPN).  Kemudian dari komunitas itu, PSU berinisiatif untuk mengundang teman-teman yang dalam komunitas itu untuk duduk bersama membahas tentang salah satu topik. Topik itu adalah topik apa yang kira-kira bisa mewadahi semua bidang ilmu, yang akan memberikan kontribusi pada pembangunan bangsa ini yang sedang mengalami situasi seperti ini,” jelas Dr. Trihoni.
“Jadi kita berpikir bahwa terjadinya fragmentasi antar masyarakat di kota-kota, itu sangat memprihatinkan. Oleh karena itu kami berpikir bahwa bagaimana kita semua bergerak untuk membangun sebuah kota yang inklusif dan toleran, karenanya kegiatan ini dimaksudkan untuk mengawali sebuah jaringan bersama dari segala bidang ilmu untuk ikut berkontribusi dalam membangun kota yang inklusif toleran Itu,” ucap Dr. Trihoni.
“Kegiatan ini ada dua sesi, sesi yang pertama kegiatannya bersifat akademis, jadi kita membahas tentang apa sih itu kota yang inklusif dan toleran, apa parameternya, kemudian apa ciri-cirinya, selanjutnya bagaimana dukungannya bagi feminism, bagaimana dukungannya bagi kerukunan beragama dan sebagainya, itu kita diskusikan dalam sebuah forum akademik di sesi pertama,”terang Dr. Trihoni.
“Selanjutnya di sesi kedua kita lebih berpikir penguatan jejaring, yaitu hal mau bergerak seperti apa? bagaimana kita bergerak dan bagaimana kita membangun jejaring menguatkan satu sama lain? Jadi kegiatan ini lebih berpikir ke arah sana,” imbuhnya.
Sedangkan ketua komunitas jejaring IPN Dr.-Ing. Wiyatiningsih menambahkan bahwa komunitas yang baru tahun lalu dibentuk ini juga mencoba untuk menggagas dan menggali melalui acara workshop dengan harapan apa yang mereka upayakan ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan pemerintah.
Media Networking
“Jadi ini adalah sebuah forum yang nantinya diharapkan bisa menjadikan media untuk networking dari anggotanya. Sementara baru beberapa universitas yang terlibat tetapi dari sini nanti mungkin akan dikembangkan lagi untuk kerjasama-kerjasama misalnya untuk penelitian bersama atau mungkin juga ada kolaborasi dengan mahasiswa terkait dengan kota yang inklusif dan toleran,”jelas Dr.-Ing. Wiyatiningsih.
“Kalau kita lihat perkembangan kota itu sudah sangat pesat dan permasalahannya juga sangat kompleks. Kebetulan saya sendiri dari bidang arsitektur kalau pendekatan perancangannya dari arsitektur melulu tidak akan selesai, jadi pendekatannya harus multidisiplin dan untuk kedepannya itu sekitar mungkin hampir 80% penduduk itu tinggal di kota sehingga kecenderungannya kota itu akan menjadi pusat dari populasi dunia, sehingga kita harus sejak sekarang itu mulai membicarakan tentang kota dan perancangannya untuk yang ke depan,” tutup Dr. Wiyatiningsih. (fas)

Tag

Facebook
Twitter
LinkedIn
Email
WhatsApp