“Cinta membawaku ke Unika” mungkin begitulah pernyataan yang dapat menggambarkan perjalanan Karlijn Horrevorts hingga akhirnya memilih Unika Soegijapranata sebagai destinasi dari kegiatan studi banding yang ia jalani.
Karlijn, begitu biasa ia dipanggil mantap memilih Unika Soegijapranata sebagai tempat studi banding karena mengikuti saran dari pacarnya yang pernah menjadi peserta kegiatan darmasiswa Unika tepatnya 1 tahun yang lalu.
Wanita yang masih berusia 19 tahun ini tengah menjalani pendidikan teknologi pangan di HAS University yang terletak di Hertogenbosch, sebelah selatan Negara Belanda, dan saat ini ia telah mencapai tahun ketiga atau lebih tepatnya telah menginjak semester 5.
Ia memilih untuk studi banding ke teknologi pangan karena memang berdasar dari hobinya yang memang menyukai segala hal tentang makanan baik itu kegiatan memasak, dan lainnya. Selain itu, sejak berada di high school, ia telah menyukai berbagai pelajaran tentang science dan chemical. Ia juga ingin menciptakan sebuah produk baru, bagaimana cara membuat suatu produk makanan dan darimana produk makanan itu berasal.
“Antara Belanda dan Indonesia sungguhlah berbeda, Belanda adalah negara yang kecil, ketika aku pergi ke kota yang berada di ujung utara Belanda hanya membutuhkan waktu 4 jam dan di sana hanya terdapat dataran yang datar berbeda dengan di Indonesia. Selain itu, perbedaan juga terletak di ragam budaya dimana Indonesia lebih banyak memiliki ragam budaya, sedangkan Belanda lebih modern, tapi aku lebih menyukai suasana disini karena tiap orang disini sangat baik dan lebih terbuka” tutur Karlijn yang mencoba untuk membandingkan kondisi berbagai aspek kehidupan di Belanda dan Indonesia.
“Di Belanda, hampir seluruh warga mengendarai sepeda untuk bepergian sehingga sangat jarang untuk menemukan sepeda motor, selain itu juga tersedia sarana angkutan massal seperti bis ataupun kereta yang biasa aku gunakan untuk menuju kampus. Moda transportasi bis dan kereta di Belanda memiliki jadwal yang sangat sibuk. Transportasi bis ataupun kereta sangat mudah diakses karena memiliki jadwal yang on time sangat berbeda dengan kondisi disini” jelas Karlijn
Pilihannya untuk studi banding jatuh pada Indonesia karena ia berpandangan bahwa Negara Amerika Serikat dan Australia memiliki gaya hidup yang hampir mirip dengan kondisi di Belanda seperti mengikuti budaya barat, dan memiliki teknologi yang maju. Di sisi lain, ia banyak mendengarkan dari cerita orang lain bahwa Benua Asia memiliki beberapa hal yang berbeda dalam hal budaya, penduduk yang ramah, banyak spot pemandangan yang cantik.
Pernah menekuni dunia modelling
Hal lain, sebagai mahasiswa, Karljin juga pernah mencoba peruntungannya untuk masuk ke dunia modelling di Belanda pada saat setelah lulus dari high school, awalnya ia merasa tertantang karena hal ini merupakan sebuah pengalaman baru untuknya. Untuk mendukung profesinya tersebut, ia juga belajar tentang Belly Dance. Tidak sampai disitu, setelah beberapa bulan dengan serangkaian photoshoot, ia mencoba hal yang lebih menantang dengan pergi menuju Istanbul, Turki untuk bergabung dengan sebuah modelling agency selama 4 bulan lamanya.
Saat akan memasuki masa kuliah ia memutuskan untuk tidak melanjutkan karir modelling yang ia tekuni, karena ia berpikir dunia modelling tidak memberikan garansi bagi kehidupannya akan sukses dan nantinya saat ia telah menginjak masa tua, ia tidak akan dipakai lagi di dunia modelling.
Dalam studi banding ke FTP Unika Soegijapranata, Karlijn melihat langsung penyajian makanan ringan gethuk yang memiliki umur simpan yang pendek sekitar 1 sampai dengan 3 hari. Untuk memperpanjang umur simpan, gethuk dapat diberi bahan pengawet buatan hanya saja, banyak orang yang kurang suka terhadap rasa yang ditimbulkan dari sehingga ia tertantang untuk membuat produk gethuk yang baru yang memiliki umur simpan yang lebih lama sekitar 2 sampai 3 minggu. Sehingga, untuk langkah selanjutnya ia mencoba untuk memadukan cengkeh dan jahe sehingga menimbulkan rasa dan flavor yang baru sekaligus juga sebagai natural preservative. (Cal)