SEMARANG — UKM Centre for Trauma Recovery (CTR) Unika Soegijapranata mengadakan Workshop Terapi Anak dengan mengundang narasumber Christa Vidya Rana Abimanyu, SPsi, MPsi, di ruang kelas 402 gedung Antonius, Senin (3/10/2016) lalu.
Melalui keterangan tertulis yang dikirim ke Tribun Jateng, Selasa (11/10/2016) Abimanyu menjelaskan bahwa terapi trauma pada anak bisa dilakukan sesuai dengan dunia anak, salah satunya dengan bercerita.
“Bila hal itu bisa dilakukan, anak-anak tidak merasa sedang melakukan terapi namun terkesan seperti sedang bermain. Dengan demikian anak-anak akan merasa lebih rileks dan gembira setelah melakukan terapi ini,” terangnya seperti dikutip dari press release.
Ia menjelaskan, teknik terapi trauma pada anak bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan terapi menghirup bunga.
Dalam teknik terapi ini anak-anak diajak untuk membayangkan sedang memegang bunga di telapak tangannya. Kemudian anak-anak diminta untuk menarik napas dalam-dalam agar dapat menghirup wangi bunga yang dibayangkan sedang ada di telapak tangan mereka.
“Terapi menghirup bunga tersebut bertujuan untuk mengajak anak-anak bernafas dengan teratur. Dengan melakukan pernafasan perut yang teratur akan bersampak baik untuk menenangkan tubuh,” beber Abimanyu.
Lebih lanjut teknik terapi lainnya adalah terapi membentuk benda. Terapi ini bertujuan untuk mengencangkan dan meregangkan otot tubuh anak-anak.
“Karena anak-anak dalam kondisi trauma cenderung dalam keadaan tegang dan siaga. Maka dari itu, anak-anak diminta untuk menggerakkan bagian tubuh sesuai dengan bentuk benda yang diminta agar tubuh terasa lebih rileks,” jelasnya.
Benda yang dibentuk merupakan benda yang umum dan menarik bagi anak-anak seperti membentuk bunga bersama teman-teman, bergerak seperti kapas yang beterbangan dan mengencangkan tubuh seperti tiang listrik.
Sedangkan teknik terapi yang lain adalah terapi menghalau singa, bertujuan untuk mengajak anak-anak melepaskan emosi mereka dengan menggunakan cerita pengantar. Anak-anak diajak untuk berteriak sekencang mungkin untuk menghalau singa yang ingin masuk ke desa mereka.
“Sebenarnya masih banyak terapi sederhana yang mudah dilakukan tetapi cukup efektif membantu anak-anak lepas dari perasaan trauma mereka,” pungkasnya.
(http://jateng.tribunnews.com)