Perpustakaan dan Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia (LPSDM) Soegijapranata Catholic University (SCU) menyelenggarakan Workshop Customer Care bertema “Membangun Pengalaman Pengguna yang Berkesan” pada Kamis, 22 Mei 2025, di Lib Cafe, Kampus 1 SCU Bendan. Workshop ini menghadirkan dua pembicara kompeten di bidang pelayanan pengguna, yaitu Dina Maryati, Kepala SQW BCA Kanwil 2 Semarang, dan Rikarda Ratih S., Kepala Perpustakaan SCU. Kegiatan ini diikuti sekitar 40 tenaga kependidikan SCU lintas fakultas dan unit.
Sukacita dalam Perjumpaan
Dalam sambutannya, Prof. Berta Bekti Retnawati, Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni, menekankan pentingnya nilai “sukacita dalam perjumpaan” sebagai landasan layanan. Melalui kegiatan ini, diharapkan pemahaman dan keterampilan para tenaga kependidikan dalam memberikan pelayanan optimal semakin diperkuat. Nilai tersebut diharapkan tumbuh dalam interaksi sehari-hari, bahkan di tempat sederhana seperti lift atau parkiran kampus.
Prinsip SMART SOLUTION dalam Pelayanan BCA
Sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia, BCA membangun reputasi kuat melalui layanan perbankan yang baik. Dina menekankan pentingnya konsistensi dalam menciptakan pengalaman pelanggan yang positif. Di BCA, pelayanan berfokus pada kepuasan dan kenyamanan nasabah. Ia memperkenalkan prinsip kerja SMART SOLUTION: Sigap, Menarik, Antusias, Ramah, Teliti, Simak, Open-minded, Lengkap, Utamakan kebutuhan nasabah, Telling solutions, Inisiatif, dan On-time. “Prinsip ini bukan hanya petunjuk kerja, tapi juga menunjukkan cara melayani dengan tulus, cepat tanggap, dan fokus pada solusi.” tambahnya.
Komunikasi, Empati, dan Solusi
Sementara, Rikarda menyampaikan bahwa pelayanan prima tidak hanya soal komunikasi, tetapi juga harus dilandasi empati dan solusi. “Saat pengunjung mengalami kesulitan mencari ruang atau buku, petugas harus sigap bertanya: ‘Apa kendalanya? Bisa saya bantu?’ di situlah letak empati dalam pelayanan,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa layanan yang baik adalah kombinasi komunikasi yang jelas, empati yang tulus, dan solusi konkret. Ia juga menekankan pentingnya kesadaran diri dan kesiapan tenaga kependidikan dalam menghadapi kepribadian yang beragam. “Tidak semua orang langsung siap berada di garda depan layanan. Tapi ketika ditempatkan di posisi itu, kita perlu membuka diri dan meningkatkan kemampuan, terlepas dari kita suka atau tidak,” tutupnya. (Humas SCU/Tisha)