Kejadian plagiasi yang baru-baru terjadi di salah satu media massa nasional cukup mengejutkan, apalagi penulisnya adalah tokoh yang telah dikenal keahliannya. Namun selain karena kesengajaan, tindakan plagiasi juga bisa disebabkan karena ketidakpahaman mengenai cara penulisan yang baik.
Seringkali dalam proses perjalanan studinya, seseorang hanya mendapatkan pemahaman yang sangat sederhana mengenai plagiasi, dampak, dan tindakan teknisnya untuk menghindari aktivitas tersebut.
Bahkan karena copy-paste dalam pertugasan tidak pernah terindentifiksi oleh sang pemberi tugas, maka hal tersebut sering dianggap lazim dan diperbolehkan. Kadangkala kepekaan nurani menjadi turun dan menjadi malapetaka di masa depan.
Padahal di berbagai peraturan akademik institusi pendidikan tertulis secara jelas, aktivitas plagiasi dan sejenisnya dapat mengakibatkan seseorang dibatalkan kelulusannya atau bahkan kehilangan posisi ketika sudah bekerja.
Tidak teridentifikasinya aktivitas plagiasi oleh pemberi tugas seringkali karena validasi tulisan hanya mengandalkan insting saja. Belum banyak yang mengetahui bahwa tersedia banyak alat bantu di internet yang dapat digunakan secara mudah dan bahkan tidak berbayar.
Melatih Ketajaman
Hasilnya bukan saja terukur secara pasti, tetapi juga ditampilkan secara jelas sumber yang dikutip dan banyaknya artikel yang dipindahkan ke dalam tulisan yang baru. Setiap artikel yang dikutip secara bulat-bulat akan diberi tanda secara jelas.
Seringkali pemberi tugas yang mahir menggunakan program ini dianggap seperti ahli magis yang dapat menyebutkan secara detil tulisan-tulisan yang pernah diambil oleh orang tersebut. Padahal semua hal tersebut hanya tinggal dibaca dari hasil analisa program plagiasi.
Selain memudahkan kedua belah pihak dalam menyelamatkan masa depan penulisnya, program-program tersebut dapat menjadi alat ukur dalam melatih ketajamannya menulis menggunakan referensi-referensi.
Apabila tingkat persentase yang dihasilkan dari analisa program plagiasi tergolong rendah, maka penulis dapat dikatakan berhasil menerjemahkan maksud dari tulisan-tulisan yang dikutipnya, bukan sekedar menuliskan ulang ke dalam tulisannya.
Beberapa insitusi pendidikan dan penerbitan saat ini cukup banyak menggunakan software Turn-It-In. Kurang lebih 1,6 juta dosen dam 24 juta siswa menggunakan layanan yang tersedia di turnitin.com.
Namun layanan dari iParadigms yang berlokasi di California ini tidak diberikan secara gratis. Untuk konsumen yang ada di Indonesia, kontak di Singapura yang disarankan untuk dihubungi adalah iGroup (Asia Pacific) Limited atau melalui email [email protected].
Alternatif software anti-plagiasi yang tidak kalah baiknya adalah Viper yang tersedia di scanmyessay.com. Meskipun dalam pemanfaatan layanannya menggunakan software berbasis desktop, penggunanya tetap harus terhubung ke internet dan memiliki akun di dalam website tersebut.
Kepedulian Kampus
Selain Viper, juga tersedia software serupa di sourceforge.net/projects/antiplagiarismc, plagiarisma.net, www.dustball.com/cs/plagiarism.checker, www.plagium.com, www.articlechecker.com, etest.vbi.vt.edu/etblast3, dan masih banyak lagi.
Dengan bantuan program-program tersebut, pengguna umumnya hanya perlu mengunggah softcopy artikel atau copy-paste isi dari artikel ke dalam program. Selanjutnya membiarkan program bekerja mencari kesamaan tulisan lain di internet atau database software tersebut.
Menggunakan cara ini, guru atau dosen yang memberikan pertugasan akan lebih dimudahkan dan tidak hanya mengandalkan intuisi dalam menilai suatu tulisan bermasalah dengan plagiasi atau tidak.
Ketahui Kondisi Tulisan
Sedangkan bagi siswa atau mahasiswa yang menggunakan program tersebut dapat lebih mengetahui kondisi sebuah tulisan dinilai sebagai plagiasi. Selanjutnya berdasarkan hasil tersebut, mempertajamnya menjadi tulisan yang lebih baik.
Kepedulian ini sepertinya juga ditangkap oleh Perpustakaan Unika Soegijapranata yang menyediakan layanan anti-plagiasi untuk membantu mahasiswa dan dosen dalam memeriksa orisinalitas tulisannya.
Seringkali karena ketidaktahuan dalam tata cara penulisan, seseorang dapat melakukan plagiasi tingkat tinggi namun tanpa dia sadari. Di sinilah peran perpustakaan dalam memberikan saran-saran mengenai cara pengutipan tulisan yang baik.
Dengan adanya layanan tersebut, mahasiswa, dosen, dan institusi akan mendapatkan pengalaman yang berharga dalam menghormati karya-karya ilmiah orang lain dan memahami cara-cara yang baik dalam menuliskan tulisan ilmiah. (Ridwan Sanjaya, Dosen Sistem Informasi Unika Soegijapranata)
Sumber: Suara Merdeka – Rubrik Teknologi, Senin 3 Maret 2014