Acara refleksi karya merupakan agenda tahunan bagi Unika Soegijapranata Semarang yang untuk tahun ini mengambil tema “Peduli, Aktif dan Bermakna”. Refleksi karya bertujuan mengajak para dosen serta tenaga kependidikan memiliki sifat peduli dan aktif terhadap aneka persoalan masyarakat yang menghambat tercapainya kesejahtaraan hidup masyarakat. Dengan sub bidang yang disesuaikan dengan multi disiplin ilmu dari Unika Soegijapranata yakni kerukunan umat beragama, pendidikan, kesehatan, pertanian pangan, Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan teknologi.
Acara refleksi karya dilaksanakan dua hari (Jumat dan Sabtu, 24 dan 25 Februari 2017), diikuti 370 dosen dan karyawan Unika. Pada hari pertama, peserta refleksi karya disebar berkunjung ke 12 desa di 4 kecamatan Kabupaten Wonosobo. Mereka menyelami masalah dan potensi dari Kabupaten Wonosobo. Selanjutnya sore harinya di Pendopo Kabupaten Wonosobo diselenggarakan penandatangan MoU antara Bupati Wonosobo dengan Rektor Unika Soegijapranata, sekaligus acara ramah tamah yang diramaikan dengan pentas seni.
Dalam sambutannya Rektor Unika Prof. Dr. Y Budi Widianarko, M.Sc menyatakan fakta menarik dari Kabupaten Wonosobo adalah kabupaten ini sebagai kabupaten termiskin dari 35 kab/kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Tetapi, apa yang dilihat dari kegiatan sebelumnya oleh para dosen dan tenaga kependidikan saat mengunjungi desa-desa di Kabupaten Wonosobo sama sekali tidak mencerminkan hal tersebut.
“Ini berarti kita sedang melihat cara mengukur kemiskinan yang perlu dimodifikasi, ketika salah satu tolok ukur kemiskinan adalah kecukupan gizi, padahal sebagian besar warga Wonosobo mengkonsumsi nasi jagung yang selalu berpasangan dengan ikan asin dan sedikit sayur. Akibatnya, dari makanan ini apabila dikonversi menjadi nilai kalori menunjukkan angka yang sangat rendah. Oleh alasan itu maka Kabupaten Wonosobo diberikan predikat sebagai kabupaten termiskin. Padahal warga Wonosobo sendiri menyantap nasi jagung dan ikan asin bukan disebabkan faktor ekonomi melainkan kedua jenis makanan tersebut telah menjadi budaya yang kental dan menjadi makanan sehari-hari bagi warga Wonosobo” ujar Rektor. Menurut Bupati dan Wakil Bupati Wonosobo, daerah Wonosobo telah menjadi suatu daerah destinasi wisata bertaraf internasional sejak zaman dahulu atau sejak zaman Belanda. Untuk itu, kategori kabupaten termiskin sangatlah paradoksal (berkebalikan dari apa yang ada sebelumnya) dengan kenyataan bahwa Wonosobo ternyata memiliki daerah wisata bertaraf internasional” papar Prof. Budi Widianarko.
Lebih lanjut menurut Prof Budi, wujud kerjasama Unika Soegijapranata dengan Pemerintah Kabupaten Wonosobo, antara lain pelaksanaan Forum Kemitraan di Bidang Pemberdayaan dan Pengembangan Kapasitas Masyarakat serta Penerapan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam rangka Penggalian Potensi dan Pengembangan Kemitraan di Bidang Pendidikan Ekonomi dan Sosial Budaya.
Bupati Wonosobo Eko Purnomo, SE., MM menyampaikan dalam proses pembangunan, peran pendidikan sangat strategis dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas serta dapat memberikan multiplayer effect. Di samping itu, pembangunan ekonomi merupakan proses penting untuk mempercepat proses pembangunan nasional dan daerah serta memegang peran pertumbuhan pembangunan. Untuk itu, sebagai wakil pemerintah Kabupaten Wonosobo, dirinya beserta masyrakat Wonosobo berupaya keras untuk membantu pengembangan di bidang pendidikan dan ekonomi terutama dalam menghadapi isu utama atas tingginya angka kemiskinan di Wonosobo sebesar 21,4 % dan menempatkan Wonosobo sebagai Kabupaten termiskin di Jawa Tengah.
Acara penandatanganan MoU selain dihadiri Bupati Wonosobo, juga dihadiri oleh Ir., H ., Agus Subagiyo, M.Si (Wakil Bupati Wonosobo), Drs. One Andang Wardoyo, M.Si (Kepala Badan Perencanaan Daerah (BAPEDDA) Kabupaten Wonosobo), dan AKBP Muhammad Ridwan S.I.K. (Kapolres Wonosobo). (►http://www.kampussemarang.com)