Mahasiswa Program Studi (Prodi) Arsitektur Fakultas Arsitektur dan Desain Unika Soegijapranata Semarang meraih Juara I Kompetisi Cerlang Pusat Kebudayaan Nasional 2021 dalam kategori Reka Rupa Kreasi Arsitektur Nusantara Dalam Animasi 3D tingkat nasional.
Tim mahasiswa arsitektur Unika Soegijapranata yang beranggotakan tiga orang yaitu Gregorius K Adiprakoso dari angkatan 2014, Daniel Jansen Harianto dan Sia Steven Leroy, keduanya dari angkatan 2017, telah masuk sepuluh besar karya terbaik dan terpilih menjadi Juara I.
Dalam kompetisi itu, tim Unika memilih judul ‘Mulak-Pulang’. Tim Unika Soegijapranata mengaplikasikan animasi 3D Arsitektur Nusantara, berupa penggambaran ulang dengan berbagai software yang berisi antara lain bentuk, tahapan dan detail konstruksi bangunan dari daerah Toba.
”Secara teknis memang dalam tayangan karya kami lebih menggambarkan kearifan lokal daerah Toba, karena sebelumnya saya sudah cukup lama tinggal di sana berkaitan dengan program live-in yang pernah saya jalani selama hampir tujuh bulan di daerah tersebut,” ungkap Gregorius K Adiprakoso saat dihubungi secara online pada Rabu 15 Desember 2021 mengatakan
Karya tim Unika Soegijapranata menggambarkan penggunaan material, detail konstruksi rumah nusantara daerah Toba. Dipadu dengan kehidupan masyarakat setempat serta situasi dan lingkungan sekitar yang tentunya sangat lekat dengan kultur dan budaya masyarakat Toba, lanjutnya.
Sementara salah satu juri yang sempat dihubungi, Ir Ch Koesmartadi MT IAI mengungkapkan bahwa karya-karya peserta Kompetisi Reka Rupa Kreasi Arsitektur Nusantara Dalam Animasi 3D ini sangat ketat dan hampir rata-rata berkualitas. Ini karena keunikan dan kekhasan yang diusung oleh masing-masing peserta.
“Rumah arsitektur di Indonesia yang berjumlah sekitar 670 lebih menurut UNESCO sudah tercatat sebagai karya arsitektur nusantara Indonesia. Dan dalam kompetisi ini, ternyata karya dari tim Unika Soegijapranata memenuhi semua persyaratan tahapan pembangunan rumah adat arsitektur nusantara, mulai dari fondasi, tiang dan atap, baru kemudian dilakukan finishing dalamnya, sehingga dalam proses itu tampak sekali pemaknaannya dan memenuhi semua kriteria,” papar Koesmartadi.
Menurutnya dalam arsitektur memang ada roh-roh yang memaknai arsitektur pada arsitektur yang umum hidup di Indoensia, jadi tidak hanya melulu gambar atau komputasi saja. Sedangkan kekhasan dari arsitektur nusantara yang sangat dominan adalah pada iklim dan gempa, sehingga sejak nenek moyang, arsitektur yang dipergunakan adalah arsitektur yang bisa menyelaraskan dua syarat tersebut.
”Sebab jika berbicara komputasi pasti semua sama kekuatannya, tetapi jika berbicara arsitektur nusantara pasti ada muatan makna yang berbeda-beda dari masing-masing daerah, tetapi harus juga memiliki dua syarat yang sama yaitu memenuhi syarat iklim dan gempa, ” tandasnya.
►https://www.ayosemarang.com/pendidikan/pr-772165423/mahasiswa-unika-semarang-juara-i-kompetisi-arsitektur-nusantara-nasional?page=all