Pages

Dosen FK SCU Lulus Studi Doktoral, Teliti Pencegahan Penyakit Malaria dengan Umbi Bit dan Pemanfaatan Teh Hijau untuk Terapi Kanker

Dosen FK SCU Lulus Studi Doktoral, Teliti Pencegahan Penyakit Malaria dengan Umbi Bit dan Pemanfaatan Teh Hijau untuk Terapi Kanker

Dua dosen Fakultas Kedokteran (FK) Soegijapranata Catholic University (SCU), Dr. dr. Fransisca Pramesshinta Hardimarta, M.Si.Med dan Dr. dr. Sugeng Ibrahim, M.Biomed (AAM)., AIFO-K berhasil menyelesaikan studi doktoral dari FK UNDIP.

Ekstrak Umbi Bit Sebagai Imunoprotektor Malaria

Fransisca meniliti bagaimana ekstrak umbi bit yang dibuat dalam bentuk nanopartikel bisa membantu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit malaria. Hal tersebut diangkatnya dalam disertasi yang berjudul “Efektivitas Suplementasi Nanopartikel Ekstrak Umbi Bit sebagai Imunoprotektor terhadap Malaria dengan Terapi Artemisinin (Kajian Terhadap Derajat Parasitemia, Kadar SOD, Kadar ICAM 1, Status Anemia dan Status Cedera Ginjal Akut pada Mencit Balb/c yang Diinokulasi Plasmodium berghei ANKA).”

Ia melakukan penelitian dengan 30 ekor tikus percobaan yang dibagi menjadi beberapa kelompok, yakni: sehat (tanpa infeksi); kontrol negatif (terinfeksi tapi tidak terobati); kontrol positif (terinfeksi dan diberi artemisinin), dan; kelompok yang diberi artemisinin dan NEB dalam 3 dosis berbeda (50, 100, dan 200 mg/kg berat badan/hari).

Hasilnya, NEB bisa menjadi suplemen yang dapat meningkatkan efektivitas pengobatan malaria. Dosis 100 mg/kg berat badan/hari selama 4 hari memberikan hasil terbaik, di mana menurunkan tingkat infeksi dan melindungi tubuh dari kerusakan akibat stres oksidatif.

Walau begitu, penelitian ini menemukan penggunaan NEB berpotensi berdampak pada kesehatan ginjal sehingga efek jangka panjangnya masih perlu dikaji.

Potensi Teh Hijau Obati Kanker Kolorektal

Melalui disertasinya, Sugeng memberikan perhatian terhadap kanker kolorektal, yaitu kanker yang menyerang usus besar dan rektum. Ia meneliti potensi Epigallocatechin Gallate (ECGC), senyawa aktif dalam teh hijau sebagai terapi pendamping kemoterapi 5-Fluorouracil (5-FU) yang saat ini masih menjadi pengobatan utama kanker kolorektal. Penelitiannya dirangkum dalam disertasi yang berjudul “Pengaruh EGCG dan 5-FU Terhadap Pensinyalan, Proliferasi dan Apoptosis Sel Punca Kanker Kolokrektal: dilihat dari Wnt3a, CCND1, Bcl-2, Nanog dan Populasi SP-KKR.”

Pengujian dilakukan pada HCT 116, sel kanker usus besar yang sangat agresif menunjukkan kombinasi kedua senyawa mampu memberikan efek sinergis. Kombinasi tersebut terbukti menghambat pertumbuhan sel kanker, meningkatkan proses bunuh diri sel kanker (apoptosis), dan menurunkan sifat ‘kekankeran’ sel. Penambahan EGCG juga berpotensi menurunkan dosis kemoterapi 5-FU.

Hasil ini tentunya memberikan harapan baru bagi penderita kanker kolorektal. Senyawa EGCG banyak terkadung dalam teh hijau, sehingga dapat menjadi solusi terapi yang lebih terjangkau dan efektif. Walau begitu, Sugeng menekankan bahwa penelitiannya perlu dilanjutkan ke tahap uji coba pada hewan sebelum dikembangkan menjadi terapi klinis yang siap digunakan.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Email
WhatsApp