Pages

Bantu Orang-orang Berdiet, Meiliana Dalami Nutrisi dan Praktikkan Hidup Sehat

TRB 06062021 Bantu Orang-Orang Berdiet

Sehari-hari, Meiliana SGz MS, terbilang sibuk. Dia seorang dosen nutrisi dan teknologi kuliner pada Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Unika Soegijapranata Semarang. Di universitas itu, Mei mengajar untuk para mahasiswa program sarjana maupun magister. Selain dosen, ia juga dipercaya sebagai sekretaris pada program magister teknologi pangan di fakultas dan kampus yang sama.

“Saya jadi dosen di sini (Unika Soegijapranata—Red), sejak April 2017 lalu, atau sudah jalan empat tahun. Jadi pengajar atau dosen adalah profesi yang saya idam-idamkan saat masih kuliah S2 dulu. Sebenarnya dulu kerja ke mana pun asal sesuai keilmuan bisa saja, namun hati kecil tetap ingin jadi dosen,” ungkap perempuan berusia 31 tahun itu.

Sejak masih di bangku kuliah S1 dulu, Mei memang sempat bekerja sampingan sebagai guru les. Pengalaman itulah yang membuat Mei akhirnya merasa nyaman menjadi seorang pengajar. Walau demikian, ia juga sempat bekerja di luar profesinya saat ini, yakni sebagai ahli gizi bagi salah rumah sakit di Bali.

“Kerjaan saya dulu ya memang sudah sesuai kualifikasi (latar belakang pendidikan—Red). Saya bekerja di Bali selama setahun empat bulan. Sebelum itu, saya bahkan pernah kerja di luar keahlian. Saat lulus kuliah pada 2011, saya kerja sebagai aupair di Belanda. Aupair adalah sebuah program pertukaran budaya yang memberikan kesempatan bagi para pemuda untuk mempunyai pengalaman tinggal di luar negeri bersama keluarga angkat. Para orang muda ini tinggal di luar negeri sambil bekerja menjaga anak-anak keluarga angkat mereka di sana,” sambung Mei.

Pada awalnya, Mei berharap, bekerja di Negeri Kincir Angin itu agar bisa sekaligus mencari beasiswa S2 di sana. Namun berjalan setahun bekerja di Belanda, ia tak kunjung mendapatnya. Alhasil, ia kembali ke Tanah Air dan bekerja di Bali. Selama bekerja, ia selalu menyempatkan diri mencari peluang dan melamar beasiswa ke banyak kampus.

Seperti kata pepatah, usaha tak pernah mengkhianati hasil. Akhirnya 2014 ia mendapatkan beasiswa Fullbright untuk kuliah di Saint Louis University, Amerika Serikat. Jurusan yang ia ambil tentu tak jauh kaitannya dengan gizi dan pangan saat di sana. Ya, masih sejalan dengan jurusan kuliahnya saat S1 dulu yakni Gizi Kesehatan di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Brawijaya (Unibraw).

“Dapat kesempatan di sana, akhirnya saya putuskan untuk berhenti dari kerjaan dan lanjut menimba ilmu lagi. Singkat cerita saya lulus dan mendapatkan kesempatan menjadi dosen di Unika pada 2017,” tutur anak tunggal asli kelahiran Pasuruan, Jatim ini.

Mendalami dunia gizi, pangan, dan nutrisi tak hanya digeluti Mei secara akademis. Segala yang ia pelajari ternyata diterapkan juga pada pola hidupnya sehari-hari. Tiap hari saja, ia menargetkan diri minimal berjalan lima ribu langkah. Selain olahraga jalan, ia juga melakukan yoga rutin. Hal itu tentu Mei imbangi dengan asupan gizi seperti rajin mengonsumsi buah-buahan dan sayuran.

“Yang penting, tiap makan harus ada sayur dan buahnya. Makanan memang harus dijaga betul. Sebab, apa yang kita makan akan berpengaruh juga pada mood dan aktivitas sehari-hari. Secara tak sadar, kalau kita makanannya sembarangan, misalnya makanan manis, penuh lemak, atau gorengan, itu justru memengaruhi kinerja tubuh dan rentan meningkatkan hormon stres,” urai Mei.

Hal inilah yang sering ia kampanyekan. Kebetulan, selain sebagai dosen, Mei juga merupakan seorang Performance Nutrition Coach dalam program Corporate Athlete di Sportpsych Consulting Indonesia. Saat ini, banyak klien yang sedang ia latih untuk diet. Namun, ia memberikan arahan dalam segi asupan nutrisi agar program diet para kliennya tercapai.

Klien Mei di Sportpsych sebagian besar bekerja sebagai karyawan. Dia menjelaskan, Sportpsych hadir untuk mengenal dan mengajarkan pola hidup sehat kepada masyarakat luas, khususnya kelas pekerja. Sebab, seperti yang sempat Mei jelaskan sebelumnya, rutinitas pola hidup dan asupan gizi sehari-hari berpengaruh juga pada performa kinerja di perusahaan. Bagi Mei, agar target dan perfoma kerja baik, semua itu bisa dimulai dari membenah asupan sehari-hari.

“Otomatis, apa yang dimakan dan dilakukannya sehari-hari akan berdampak juga pada performa kerjanya. Kalau makanannya tidak dijaga, itu akan berdampak buruk pada performa dan mood. Di Sportpsych, aku yang ngelatih urusan nutrisinya. Lalu tentu ada juga yang ngelatih soal fisik dan psikologinya. Aku di sini lebih membantu para klien ku buat meningkatkan performa dan mengejar target berat badan ideal dalam segi nutrisi,” papar Mei yang kini tinggal di Gajahmungkur, Kota Semarang, ini.

Sejauh ini, konsultasi nutrisi Mei lakukan lewat webinar. Mei sendiri bergabung menjadi pelatih nutrisi di Sportpsych sejak pertengahan 2020 lalu. Ia menyadari, sejak pandemi Covid-19 muncul, banyak orang mulai menerapkan pola hidup sehat. Mei melihat banyak orang mulai sadar betapa pentingnya olahraga. Termasuk dirinya yang giat berolahraga sejak setahun yang lalu, tepat setelah Covid-19 mewabah luas.

 

 


Rencana S3 di Selandia Baru Tertunda oleh Pandemi

Alasan Di Balik Geluti Ilmu Gizi

Minat dalam kegiatan belajar-mengajar membuat Meiliana tak berpuas diri mengenyam ilmu. Mei ingin melanjutkan pendidikannya ke program S3.

Sebenarnya, tahun lalu ia sudah diterima untuk kuliah lagi. Namun, karena terhalang pandemi, akhirnya ia tak bisa mengurus aplikasi visa.

Saat itu, Mei diterima di Liggins Institute, University of Auckland, Selandia Baru. Ia berharap, Agustus tahun ini bisa berangkat ke sana. Sudah hampir setahun rencannya untuk S3 tertunda akibat pandemi.

“Mundur setahun. Harusnya berangkat tahun lalu. Nanti, proyek penelitian saya di sana itu tentang bayi prematur. Bagaimana efek intervensi makanan bayi terhadap pertumbuhan dan perkembangannya. Jadi, model intervensi makanannya itu bisa dengan ASI, dan banyak lainnya. Dari berbagai intervensi itu, nantinya kita ingin lihat efek ke bayinya saat usia 2 tahun itu gimana perkembangannya,” jelas Mei.

Bukan tanpa sebab Mei sampai dengan saat ini terus mendalami ilmu gizi dan pangan. Dulu, saat masih kecil sebenarnya ia bercita-cita menjadi dokter. Namun, ketika menginjak di bangku SMA, mendiang ayahnya meninggal karena esteoforosis. Sebetulnya, ia dan keluarga tidak tahu persis penyebab mendiang ayahnya terkena esteoforosis.

“Ada dugaan mungkin kanker tulang atau apa. Tapi memang dari muda, ayah sudah kena asam urat karena makanannya ga baik, terus sering minum obat asam urat juga. Dari situ lah, saya jadi ada ketertarikan belajar tentang makanan dan kesehatan. Habis itu, cari-cari jurusan buat kuliah. Sempat kepikiran ke teknologi pangan. Lalu pangan dan gizi. Tapi akhirnya, nemu dan kuliahnya di gizi kesehatan FK Unbraw itu,” kenang Mei

► Tribun Jateng 6 Juni 2021 hal. 3

https://jateng.tribunnews.com/2021/06/06/bantu-orang-orang-berdiet-meiliana-dalami-nutrisi-dan-praktikkan-hidup-sehat?page=all.

Tag

Facebook
Twitter
LinkedIn
Email
WhatsApp