Perbedaan yang ada di Indonesia, tidak perlu dipertentangkan karena dari simbol-simbol negara sudah menunjukkan adanya persatuan. Seperti misalnya menurut Cendekia Muda Yudi Latief, alasan di balik pemilihan merah putih sebagai bendera Indonesia oleh founding fathers.
“Kita boleh beda warna kulit, beda ras dan beda agama tapi kalau ingat darah sama merah dan tulang kita sama putih itulah yang diwujudkan dalam bendera Indonesia, bendera kemanusiaan Indonesia,” kata Yudi Latief saat memberikan Kuliah Umum di depan 3.000 mahasiswa Unika Soegijapranata, kemarin.
Ia mengibaratkan, Indonesia layaknya sebuah rumah besar yang diisi dengan berbagai warna-warni. Rumah besar ini jika di dalamnya saling berkelahi maka tidak akan bisa menghasilkan apa-apa dan bahkan bisa merusak rumah itu. Tetapi jika bersatu, kompak, gotong royong maka akan menghasilkan berbagai prestasi yang membangggakan.
Yudi membandingkan, Indonesia dengan Eropa barat yang luasnya hampir sama tetapi di sana ada 30 negara sedangkan di sini dengan berbagai macam perbedaan, baik agama, suku, ras dan etnik tetapi bersatu. Pria yang menjadi pembicara dalam Kuliah Umum Unika Soegijapranata itu menyebut, universitas yang didatanginya merupakan miniatur dari Indonesia karena mahasiswanya dari berbagai pulau di Indonesia.
Kepala Unit Kerja Presiden Pemantapan Ideologi Pancasila ( UKP-PIP) itu menjelaskan, esensi sila-sila yang ada dalam Pancasila dimana sila pertama adanya perbedaan agama tidak harus dipertentangkan tetapi melihat semua agama mengajarkan kasih sayang dan kebaikan. Sila kedua harus menjalin hubungan antar bangsa karena anak-anak kemanusiaan dimana di Indonesia banyak keberagaman, berbeda warna kulit misalnya.
“Di balik ada perbedaan ada persatuan, contohnya soto, ada berbagai macam soto tapi orang tau itu soto. Sama dengan batik, itulah makna Bhinneka Tunggal Ika,” tambahnya.
Indonesia majemuk, baik dari kelas-kelas sosial, partai politik dan aliran. Bagaimana bangsa yang majemuk bisa bersatu dalam negara bangsa, jika tanpa Pancasila. Di dalam Pancasila itulah ada kemajemukan.
Tanpa pancasila keberagaman tidak menemui titik temu dan terus berantem terus. Tanpa Pancasila tidak akan tahu gerak langkah bangsa ini. Prestasi pribadi jangan menjadi sumber perpecahan, sumber keburukan. Kecerdasan verbal, kecerdasan musikal, seseorang tidak banyak menolong kalau tidak diimbangi kecerdasan kemartabatan, civil intellegent.