Beberapa waktu lalu Menteri Pendidikan menyampaikan saat ini Indonesia sedang memasuki era dimana gelar tidak menjamin kompetensi, kelulusan tidak menjamin kesiapan berkarya, akreditasi tidak menjamin mutu, dan masuk kelas tidak menjamin belajar.
Meskipun banyak pihak yang memperdebatkan, pernyataan ini bukanlah hal yang baru karena pandangan ini sebetulnya pernah tersampaikan dalam Tajuk Rencana di surat kabar akhir 2017 dimana disebutkan perusahaan skala global seperti Google sudah tidak lagi mensyaratkan ijazah untuk bergabung.
Hal tersebut disampaikan Rektor Unika Soegijapranata Semarang Prof Dr Ridwan Sanjaya MSIEC saat mewisuda 353 mahasiswa dari erbagai program studi dan jenjang yang ada di Unika, Sabtu (14/12/2019). Menurutnya tentu ada pengalaman yang melatarbelakangi keputusan tersebut.
“Hampir 2 tahun sebelumnya, awal 2016, sebuah media massa di Selandia Baru pernah menulis tentang perusahaan-perusahaan besar dengan skala global seperti Google, Johnson and Johnson, Ernst and Young, Pricewaterhouse Coopers, dan sejenisnya yang tidak lagi mensyaratkan gelar sebagai pintu masuk ke perusahaannya."
Meskipun mereka tetap menghargai kualifikasi pelamar, kata Prof Ridwan tetapi ijazah tidak lagi menjadi prasyarat untuk mendapatkan pekerjaan. Sederhananya, mereka akan menerima kandidat untuk bergabung asalkan memiliki kemampuan ataupun potensi.
Perusahaan-perusahaan tersebut, tandas Prof Ridwan, bahkan tetap mendorong pelatihan bagi karyawannya untuk meningkatkan keterampilan ataupun mendapatkan gelar dalam keahlian yang sesuai dengan posisinya di perusahaan. Meskipun pernyataan Menteri Pendidikan juga belum tentu mewakili semua kondisi yang ada di tanah air, hal ini menjadi lonceng yang mengingatkan dunia pendidikan untuk menyiapkan lulusannya tidak sekedar memperoleh ijazah, tetapi juga mempunyai kompetensi yang sesuai dengan jenjang dan program yang ditawarkan.
Bahkan kompetensi yang disiapkan perguruan tinggi (PT) seyogyanya bisa sekaligus menjawab permasalahan masa depan untuk membekali mahasiswa dalam menghadapi tantangan di masa yang akan datang. Ketrampilan non-teknis seperti kemampuan berpikir kritis, komunikasi, kepemimpinan, kerjasama, serta etos kerja, diyakini dapat mendorong lulusan semakin gesit dan lebih tangkas menyikapi perubahan.
Unika Soegijapranata, tidak ada keraguan apalagi perasaan gundah ataupun gelisah. Mahasiswa sejak awal kuliah dipersiapkan dengan berbagai pelatihan soft skills agar dapat mendukung hard skills yang diperoleh selama perkuliahan.
►https://krjogja.com/web/news/read/117125/Lulusan_Diingatkan_Tak_Hanya_Kejar_Gelar