Pemerintah melalui Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) wilayah VI Jawa Tengah mendorong kepada perguruan tinggi swasta (PTS) yang sulit berkembang untuk melakukan merger atau bergabung dengan kampus swasta lainnya.
Merger ini dimaksudkan agar perguruan tinggi khususnya swasta bisa lebih maju dari yang sudah ada saat ini. ”Jumlah perguruan tinggi swasta di Jateng ini sebanyak 251 PTS sayangnya, masih banyak kampus, khususnya swasta yang sulit berkembang karena berbagai masalah, seperti kurang dosen, peminat mahasiswa rendah, dan lain sebagainya,” ungkap Koordinator Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah Dr DYP Sugiharto, di kantornya, kemarin.
Meski demikian, Sugiharto tidak secara rinci menyebut perguruan tinggi swasta mana saja di provinsi ini yang direkomendasikan untuk bergabung. Tetapi, ia menyatakan, salah satu indikator PTS yang layak digabung adalah yang jumlah mahasiswa setiap angkatan dibawah 100 orang. ”Sebab, jika dibiarkan yang kasihan justru dosen dan pengajarnya karena juga tidak akan berkembang,” tegasnya.
Definisi kampus kecil sendiri, lanjut dia, antara lain perguruan tinggi yang tidak punya cukup dana atau anggaran untuk pengembangan dan operasional kampus. ”Perguruan tinggi di Jateng juga sudah cukup banyak. Sedangkan yang berakreditasi A hanya 1 kampus yakni Unika Soegijapranata,” tandasnya.
Keputusan bergabung ini, tegas dia, merupakan hak pengelola dan kopertis tidak bisa memaksakan. Sugiharto mencontohkan salah satu PTS yang sudah bergabung menuai sukses adalah Akademi Teknik Semarang (ATS) yang bergabung dengan UPGRIS.
”Sekali lagi, kami hanya bisa menyarankan, sebab semuanya kembali kepada pengelola atau yayasan masing-masing. Sebab, diakui tidak mudah untuk menggabung dua perguruan tinggi,” jelasnya.
Dia menambahkan pihaknya juga terus melakukan pembinaan pada perguruan tinggi swasta yang mengalami berbagai masalah agar bisa tetap eksis. ”Komunikasi terus kami lakukan, namun untuk merger ini dalam waktu dekat belum ada yang melakukan.”
Salah satu pengelola yayasan sebuah perguruan tinggi swasta di Jateng yang tidak bersedia disebut namanya menilai persoalan merger antar kampus bukan hal yang mudah. Sebab bisa saja tak semua pemilik kampus mau melakukan merger dengan kampus lainnya. Belum lagi, lokasi antar kampus juga menjadi faktor dalam melakukan merger.
(►http://berita.suaramerdeka.com)