Rencana Pemerintah Kota Semarang yang akan membuka rute baru BRT Koridor 5 dan 6 dinilai oleh pakar transportasi Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno hanya akan menambah kemacetan yang selama ini sering terjadi di jalur tersebut. Sebab, setelah mengoperasikan BRT Pemkot tidak mengurangi jumlah angkutan tetapi justru menambah izin trayek di jalur yang sama.
”Ini ditambah infrastruktur yang tidak memadai di jalur 5 dan 6 karena selain sempit banyak jalan yang rusak dan tidak teraspal dengan rata,” ungkap dia, kemarin.
Menurut dia Pemkot Semarang selama ini lebih terkesan menggusur angkut daripada menggeser. Sebab, jika ”bertarung” di rute yang sama tentu angkutan akan kalah bersaing. ”Ini yang menyebabkan adanya dampak sosial khususnya para sopir angkutan yang tidak setuju,” ujarnya.
Oleh sebab itu, dia memberi masukan agar dalam pengoperasian BRT koridor baru ini tidak perlu merekrut sopir baru, tetapi sopir angkutan yang selama ini melayani rute yang sama dilatih untuk menjadi sopir BRT.
”Dengan begitu, jika nantinya angkot tersingkir karena keberadaan BRT ini mereka bisa tetap mencari nafkah,” jelasnya.
Selama ini empat koridor yang telah berjalan antara lain koridor I Mangkang – Penggaron, Koridor II Terboyo – Sisemut Ungaran, Koridor III Pelabuhan Tanjung Emas – Akpol, dan Koridor IV Terminal Cangkiran – Bandara Ahmad Yani – Stasiun Tawang.
( http://berita.suaramerdeka.com )
BRT Berisiko Tambah Kemacetan
Rencana Pemkot Semarang membuka rute baru BRT Koridor V dan VI berisiko menambah kemacetan yang selama ini sering terjadi di jalur tersebut. Setelah mengoperasikan BRT, Pemkot tidak mengurangi jumlah angkutan, tetapi justru menambah izin trayek di jalur yang sama. Hal ini disampaikan Pakar Transportasi Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno.
Menurut dia Pemkot Semarang selama ini lebih terkesan menggusur angkutan daripada menggeser. Sebab, jika ”bertarung” di rute yang sama tentu angkutan akan kalah bersaing. ”Itu yang menyebabkan adanya dampak sosial khususnya para sopir angkutan yang tidak setuju,” ujarnya.
Oleh sebab itu, dia memberi masukan agar dalam pengoperasian BRT koridor baru ini tidak perlu merekrut sopir baru. Sopir angkutan yang selama ini melayani rute yang sama dilatih untuk menjadi sopir BRT. Dengan begitu dapat meminimalisasi masalah sosial. ”Jika nantinya angkot tersingkir karena keberadaan BRT ini, mereka bisa tetap mencari nafkah,” jelasnya.
Empat koridor yang telah berjalan antara lain koridor I Mangkang – Penggaron, Koridor II Terboyo – Sisemut Ungaran, Koridor III Pelabuhan Tanjung Emas – Akpol, dan Koridor IV Terminal Cangkiran – Bandara Ahmad Yani – Stasiun Tawang.
Transportasi
Sementara itu, Ketua Komisi C DPRD Kota Semarang Kadar Lusman berpendapat sudah selayaknya masyarakat menggunakan moda transportasi massal. Selain nyaman juga murah. ”Saat ini, di beberapa shelter selalu dipadati calon penumpang BRT,” kata dia.
Moda transportasi massal ini sudah diminati warga. Fasilitas dan kenyamanan terus ditingkatkan. Medan jalur di koridor Vdan VI memang berat. ”Selain jalanan yang banyak berlubang, banyak tanjakan dan turunan tajam. Karena itu, armada harus disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Keamanan dan keselamatan harus diutamakan,” tuturnya.
Pemkot juga telah melakukan sosialisasi kepada para pengusaha angkot di koridor V dan VI. Nantinya akan dibentuk konsorsium dan mereka akan dilibatkan dalam pengelolaan BRT. ”Dengan begitu tidak ada konflik di kemudian hari,” ujar Kadar Lusman, Selasa (18/10).
Terkait sarana prasarana yang terkesan ala akadarnya, dia menjelaskan, peluncuran BRT tak bersamaan dengan pengesahan anggaran penyediaan sarana-prasarana. Karena itu, hanya beberapa shelter yang dibangun permanen, sisanya portable. ”Saat peluncuran, busnya dulu yang disiapkan, sehingga masyarakat dapat segera menikmatinya. Adapun perbaikan sarana prasarana, seperti shelter dapat diusulkan pada 2017. Perbaikan jalan antarkelurahan dan antarkecamatan juga harus diperhatikan,” sambungnya. ( http://berita.suaramerdeka.com , Suara Merdeka 19 Oktober hal. 1)
Sarana Prasarana BRT Belum Memadai
Koridor V dan VI Segera Diluncurkan
Pemkot Semarang akan meluncukan, Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang koridor V dan VI, pada 1 Desember 2016. Hanya saja kesiapan infrastruktur di kedua jalur tersebut belum memadai.
”Selain sempit, banyak jalan yang rusak dan tidak beraspal dengan rata. Kondisi itu jelas mengganggu pengguna jalan,” kata pakar transportasi Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno.
Hasil pantauan, Selasa (18/10) dari Meteseh hingga Kedungmundu terdapat enam halte. Satu halte berukuran besar, dan lainnya berukuran kecil. Kondisi halte, sudah mulai rusak. Selain mulai dirambati tanaman liar, halte tersebut juga dikotori coretancoretan.
Beberapa halte, atapnya juga sudah berlubang. Tidak hanya kondisi halte, jalur Meteseh-Pemuda melalui Kedungmundu masih perlu diperbaiki. Salah satu titik yang rusak parah, yakni di sekitar pertigaan Balai Bahasa Provinsi Jateng.
Banyak lubang ditemui di jalan tersebut. Sementara di sana terdapat dua halte yang letaknya berhadapan. Dari pantauan lapangan, kondisi jalur koridor VI, jalan di Banaran Raya-Kolonel Hardjianto-Menoreh Raya, masih banyak yang berlubang.
Jalan juga sempit hanya sekitar 6 meter, dipakai dua lajur sangat rawan menjadi titik macet. Sejumlah titik jalan kini masih dalam tahap perbaikan. Sementara rute Jalan Pawiyatan Luhur- Karangrejo Raya- Telaga Bodas Raya- Rajabasa-Semeru Raya kondisinya lumayan mulus, namun belum begitu lebar. Kondisi jalan di Pawiyatan Luhur sekitar kampus Unika, juga naik turun, dan rawa kecelakaan. Memasuki Jalan Sultan Agung, arus lalu lintas lancar.
Kepadatan biasanya terjadi di bundaran Taman Diponegoro, terutama saat jam sibuk pagi, dan sore hari. Lalu, di Jalan Teuku Umar yang sedang dalam proyek pembangunan underpass serta di Jalan Ngesrep Timur arah Undip. Kondisi lalu lintas krodit saat jam berangkat dan pulang kerja.
Rute
Rute Koridor V yakni Jl Dinar Mas- Jl Prof Suharso-Jl Gendong-Jl Ketileng-Jl Kedungmundu-Jl Tentara Pelajar- Jl Mataram- Jl Sriwijaya-Jl Pahlawan. Kemudian Jl Menteri Supeno- Bundaran Simpanglima- Jl Pandanaran-Jl MH Thamrin-Jl Pemuda-Balaikota-Bundaran Tugumuda-Jl Dr Sutomo-Jl Kaligarang-Jl Pamularsih- Bundaran Kalibanteng- Jl Jendral Sudirman- Jl Anjasmoro (PP).
Adapun Rute Koridor VI yakni Unnes-Jl Banaran-Jl Kol HR Hadijanto-Jl Menoreh Raya-Jl Pawiyatan Luhur- Jl Karangrejo-Jl Telaga Bodas-Jl Rajabasa. Kemudian Jl Semeru Raya- Jl Sultan Agung-Taman Diponegoro-Jl Sultan Agung-Jl Teuku Umar-Jl Setiabudi-Jl Ngresep Timur V-JL Prof H Soedarto SH-Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND). Djuwirin (55), warga Sekaran, Gunungpati mengatakan, keberadaan BRT koridor VI bisa menjadi alternatif moda transportasi yang murah bagi warga Gunungpati terutama yang tinggal di
sekitar Unnes.
Dia mengatakan, sebagian besar warga sudah mendengar rencana peluncuran BRT tersebut. ”Semoga segera dioperasikan karena bisa menjadi moda transportasi yang praktis dan murah. Warga sini yang bekerja atau ingin bepergian ke daerah Teuku Umar atau Sultan Agung misalnya, tidak perlu ganti angkutan. Cukup naik BRT itu,” ujar dia.
Ada harapan, BRT juga dioperasikan ke Unnes hingga malam hari. Pasalnya pada malam hari tidak ada angkutan umum sampai ke Unnes, selain ojek. Angkutan umum hanya sampai sore hari. Kepala BRT Kota Semarang Agung Nurul Falaq mengatakan, total terdapat 16 shelter di koridor V, tiga di antaranya shelter permanen. Tiga titik shelter permanen yakni di RSUD Ketileng, Victoria Residen, dan PRPP. Sebanyak 13 lainnya berbentuk portable.
Dia menambahkan, pada koridor VI itu terdapat 23 shelter. Sebanyak 13 di antaranya merupakan jenis portable, sisanya belum terdapat shelter penumpang. Beberapa titik yang belum ada shelter yakni di Akpelni, IKIP Veteran Unika, dan Stadion Jatidiri. Nantinya di area itu sementara akan diberi rambu untuk tanda berhentinya BRT. ”Sarana pendukung di kedua koridor itu mencapai sekitar 60%. Sisanya nanti akan dilengkapi sambil berjalan pada 2017. Kami sudah ajukan anggaran untuk menambah shelter portbale sebanyak 36 unit dengan anggaran Rp 720.000.000,” imbuhnya.
Di koridor V terdapat 8 armada yang sudah siap digunakan. Sementara untuk koridor VI armada harus disiapkan sebanyak 16 unit bus oleh operator atau pihak ketiga. ”Saat ini proses lelang sudah diajukan ke Unit Layanan Pengadaan (ULP). Semoga sebelum 1 Desember nanti sudah ada pemenang,” ujarnya.
Adanya koridor V dan VI sangat dinanti warga sekitar. Rosalia (23), warga Meteseh, Kecamatan Tembalang berharap BRT Koridor V segera diluncurkan. Namun, saranaprasarana untuk memenuhi itu harus diperhatikan, seperti jumlah armada dan keberadaan halte. Selain itu, jam operasi BRT juga diharapa lebih lama. ”Saat ini, sarana-prasarana belum memadai, kami harap dapat segera ditingkatkan. Jam operasinya juga harus lebih lama, karena banyak warga yang bekerja sampai malam. Dengan begitu, penggunaan kendaraan pribadi diharap bisa berkurang,” katanya.
( http://berita.suaramerdeka.com Suara Merdeka 19 Oktober 2016, hal. 1)