Revolusi Industri 4.0 telah merebak dalam berbagai sektor, termasuk dalam konsep sebuah desain bangunan. Untuk menjawab tantangan tersebut, Himpunan Mahasiswa Arsitektur (HIMA) Unika Soegijapranata menyelenggarakan sebuah workshop yang bertajuk “Algorithm Design Workshop”, diselenggarakan pada Sabtu-Minggu (23/2 – 24/2) bertempat di Ruang A 36 Gedung Henricus Constant.
Menurut penanggung jawab kegiatan sekaligus Ketua HIMA Deva Hafidz, kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan besar Best of Studio (BOS) yang dilaksanakan pada tanggal 19-20 maret 2019. Kegiatan ini ditujukan sebagai ajang apresiasi terhadap hasil pembelajaran mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur (SPA) yang telah dilakukan selama satu semester yang nantinya akan dipamerkan, sedangkan kegiatan workshop ini sebagai tambahan pengetahuan bagi mahasiswa Arsitektur Unika yang belum paham mengenai konsep desain dengan menggunakan bahasa pemrograman atau alogaritma sehingga harapannya di masa depan para mahasiswa dapat menerapkan ilmu ini dalam proses pembelajaran,
“Workshop ini merupakan bagian dari BOS, dan kegiatan ini juga ditujukan sebagai proses pembelajaran bagi mahasiswa Arsitektur untuk mengenal desain dengan menggunakan aplikasi Rheinoceros dan pada penerapannya harus memahami permodelan matematika sekaligus alogaritma. Hal ini cukup baru ditemui di Indonesia, utamanya di Unika karena belum ada mata kuliah serupa. Melalui Revolusi Industri ke 4 maka semua penerapan mulai dari perancangan konstruksi bangunan, struktur bangunan dan desain akan menggunakan aplikasi yang berbasis teknologi, salah satunya adalah dengan Alogaritma.”
Workshop pada hari pertama akan diisi dengan materi pengantar mengenai alogaritma serta logika matematika agar peserta dapat memahami materi selanjutnya akan seperti apa. Kemudian peserta akan belajar dasar-dasar untuk mengoperasionalkan software rheinoceros dalam proses pembuatan desain yang langsung dipandu oleh dosen Arsitektur dari Universitas Gadjah Mada, D. Eng Agus Hariyadi, S.T., M.Sc. agar peserta semakin paham dengan proses desain menggunakan aplikasi tersebut. Pada Hari kedua, peserta akan diminta untuk membuat desain yang telah ditentukan panitia dan menerapkannya pada aplikasi tersebut. Bagi peserta yang memiliki hasil desain yang bagus, maka akan dipamerkan pada kegiatan BOS yang akan berlangsung pada bulan maret.
Lebih lanjut Deva menuturkan bahwa BOS ini tidak hanya berupa pameran hasil pembelajaran yang telah dipilih oleh dosen dengan tiga terbaik pada setiap satu semester perkuliahan, namun juga melibatkan external examination yaitu pameran PAA (Proyek Akhir Arsitektur) yang mendapatkan nilai A dan dipilih yang terbaik untuk diuji kembali dan apabila sesuai dengan kriteria penilaian, maka akan mendapatkan penghargaan dari Program Studi. Total Peserta BOS sekitar 21 peserta, sedangkan external examination akan ditentukan kemudian oleh dosen yang terkait dengan proses penilaian Proyek Akhir (Tugas Akhir) mahasiswa Arsitektur. (Ign)