Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum (HMPSIH) Fakultas Hukum dan Komunikasi (FHK) Soegijapranata Catholic University (SCU) menyelenggarakan kompetisi Debat Piala Walikota 2025 pada 28-30 Juli 2025 di Gedung Albertus, Kampus 1 SCU Bendan. Sebanyak 12 SMA di Kota Semarang turut berpartisipasi dalam kompetisi ini. Mengusung tema “Dialektika dan Rasionalitas: Pilar Merawat Demokrasi Indonesia”, debat ini menghadirkan 6 mosi yang membahas isu-isu aktual. Adapun keenam mosi tersebut yaitu:
- Pinjaman online adalah solusi
- Budaya Hustle Culture untuk meraih puncak karir
- Toko online mengancam keberlangsungan UMKM di Indonesia
- Budaya KPOP di kalangan generasi muda mengikis nilai budaya bangsa
- Peran keluarga lebih penting daripada peran sekolah dalam pembentukan karakter antikorupsi
- Fenomena #KaburAjaDulu dulu tidak mencerminkan semangat nasionalisme
Ketua Panitia Savano menjelaskan bahwa dalam setiap peserta akan mengikuti 2 debat pada hari pertama. “Sistem yang kami gunakan berbasis poin, sehingga setiap tim memiliki kesempatan untuk menunjukkan performa terbaiknya di dua kali pertandingan awal,” jelasnya. Dari hasil akumulasi poin, hanya 3 tim dengan skor tertinggi yang akan melaju ke babak semifinal pada hari kedua.
Menurutnya, Debat Piala Walikota bukan sekadar ajang kompetisi, melainkan ruang pembelajaran bagi generasi muda untuk berpikir kritis dan terlibat aktif dalam demokrasi. “Bukan soal menang atau kalah, tapi bagaimana debat ini menjadi sarana untuk saling menginspirasi dan mendorong lahirnya solusi demi Indonesia yang lebih baik,” ungkapnya.
Hal senada disampaikan Dekan Fakultas Hukum dan Komunikasi (FHK) SCU Dr. Marcella Elwina Simanjuntak yang menekankan pentingnya etika dan logika dalam menyampaikan pendapat. Ia menyampaikan bahwa debat bukan sekadar soal siapa yang menang atau kalah, melainkan ruang untuk membangun logika bersama. “Bukan asal bicara, tapi bagaimana kita menyampaikan kritik atau masukan dengan cara yang benar dan beretika. Menang atau kalah hanyalah bagian dari proses, tapi yang terpenting adalah bagaimana ide-ide itu disampaikan,” ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Semarang Dr. Bambang Pramusinto turut mengapresiasi atas terselenggaranya kompetisi ini. “Kompetisi debat, bukan ajang untuk saling mengalahkan, tetapi ruang untuk melatih kedewasaan berpikir, ketangguhan emosional, serta kemampuan menyampaikan gagasan secara rasional dan persuasif,” tandasnya.
Lebih lanjut, ia pun menekankan pentingnya menjadikan kompetisi ini sebagai wadah pembelajaran, bukan ajang pertarungan. “Debat bukanlah medan perang, tetapi seperti olahraga perlu strategi, dedikasi, dan semangat untuk terus berkembang. Tanpa dedikasi, strategi tidak akan terimplementasi secara efektif. Tanpa strategi, dedikasi tidak akan mencapai hasil yang optimal.” jelasnya.
Sejalan dengan itu, Savano pun berharap kompetisi ini dapat turut membentuk karakter generasi muda. “Debat Piala Walikota diharapkan menjadi ruang dialektikal yang dapat melahirkan generasi muda yang beridealisme. Dari terbentur, terbentur, terbentur, pemuda, terbentuk,” tutupnya. (Humas SCU/Tisha)
