Pages

Peringati Hari Jantung Sedunia, PERKI Semarang dan FK SCU Gelar Edukasi Kesehatan untuk Masyarakat

Peringati Hari Jantung Sedunia, PERKI Semarang dan FK SCU Gelar Edukasi Kesehatan untuk Masyarakat

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) Cabang Semarang menggandeng Fakultas Kedokteran (FK) Soegijapranata Catholic University (SCU) menyelenggarakan Puncak Acara World Heart Day 2025 di Gedung Santa Clara, Kampus 2 SCU BSB pada Minggu, 28 September 2025. Menjadi peringatan Hari Jantung Sedunia 2025 yang jatuh pada 29 September, rangkaian kegiatan edukasi yang diinisiasi PERKI Cab. Semarang ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai kesehatan jantung dan pelatihan bantuan hidup dasar bagi masyarakat.

Ketua Puncak Acara World Heart Day 2025, Arielle Hanung Setya Werdana menjelaskan bahwa kerja sama dengan FK SCU menjadi upaya PERKI dalam memperluas jangkauan edukasi kepada masyarakat. “Tujuan utamanya adalah memberikan edukasi terkait kesehatan jantung dan bantuan hidup dasar ketika ada keadaan membahayakan yang mendadak,” jelas mahasiswa FK SCU tersebut.

Adanya kegiatan ini disambut antusias oleh masyarakat, khususnya sivitas akademika SCU. Mereka mengikuti mulai dari Senam Jantung Sehat, Talkshow Edukasi Gaya Hidup Sehat untuk Jantung, serta Pelatihan Bantuan Hidup Dasar. “Banyak orang yang merasa bersyukur diberi kesehatan, dan itu membuat acara seperti ini sangat diapresiasi,” tandas Arielle.

Dalam kesempatan ini, Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dr. M. Ali Sobirin, Sp. JP (K) dan dr. Alvin Tonang, Sp. JP (K) memberikan pemahaman komprehensif tentang pentingnya menjaga kesehatan jantung sejak dini. Keduanya menjelaskan kebiasaan kecil sehari-hari juga memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan jantung. “Kesehatan diri kita dimulai dari diri sendiri. Hal-hal sederhana seperti tidur cukup 6–8 jam, tidak merokok, minum air putih, rutin bergerak, bahkan tersenyum dan menjaga suasana hati bisa sangat berpengaruh bagi jantung kita,” ujar keduanya dalam sampaian.

Kegiatan ini juga menekankan pentingnya mengetahui cara melakukan Praktik Langsung Resusitasi Jantung Paru (RJP). Menurut keterangan Arielle, tindakan cepat dalam golden period, yakni empat hingga enam menit setelah jantung berhenti berdetak, dapat menentukan keselamatan seseorang.

“Otak sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Setelah empat menit tanpa RJP, sel otak mulai rusak, dan setelah delapan hingga sepuluh menit, kerusakan bisa permanen meskipun jantung berhasil dikembalikan,” terangnya.

Lebih lanjut, ia pun berharap masyarakat semakin sadar untuk menjaga kesehatan diri sendiri dan mampu memberikan pertolongan pertama ketika dibutuhkan. “Semoga semakin banyak orang yang peduli terhadap kesehatan dirinya. Karena kalau bukan diri kita sendiri yang menjaga, siapa lagi?” tutup Arielle.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Email
WhatsApp