Soegijapranata Catholic University (SCU) menerima kunjungan studi banding dari Yayasan Slamet Rijadi, pengelola Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) pada Rabu, 3 September 2025 di Gedung Mikael, Kampus 1 SCU Bendan. Rektor SCU Ir. Robertus Setiawan Aji Nugroho, PhD didampingi Wakil Rektor Bidang Pengembangan dan Kerja Sama Dr. dr. Gregorius Yoga Panji Asmara serta Wakil Rektor Bidang Perencanaan Keuangan dan Aset Dr. Agne Advencia Chrismastuti menyambut rombongan yang terdiri atas pengurus yayasan, pimpinan universitas, serta tim dari Fakultas Kedokteran (FK) UAJY.
Studi banding ini berfokus pada pengelolaan dan pengembangan FK khususnya dalam hal penerapan tata kelola, kurikulum, hingga strategi pembelajaran. Menurut Dr. dr. Gregorius yang juga merupakan Wakil Dekan Bidang Inovasi, Riset, Publikasi, dan Akreditasi FK SCU, pertemuan ini menjadi ruang berbagi pengalaman dalam mengelola FK yang memiliki tantangan dan standar berbeda dibanding program studi lain.
“Pendidikan kedokteran punya sistem yang unik, misalnya kurikulumnya menggunakan sistem blok, dosen yang terlibat sebagian besar adalah praktisi sekaligus pengajar, serta adanya kebutuhan jumlah tenaga pengajar yang lebih besar. Hal-hal inilah yang sering kali membuat pengelolaan FK menjadi tantangan tersendiri bagi perguruan tinggi,” jelas Dr. dr. Gego, sapaan akrabnya.
Dalam kesempatan tersebut, SCU berbagi pengalaman tentang metode pembelajaran berbasis blok selama 5–6 minggu, dengan evaluasi yang dilakukan melalui berbagai jenis ujian seperti Computer Based Test (CBT), Student Oral Case Analysis (SOCA), serta keterampilan klinis dengan standar tertentu. Model ini dinilai penting untuk menyiapkan lulusan dokter yang tidak hanya kompeten secara akademik, tetapi juga terampil melayani masyarakat.
Walau tidak ada program pendampingan khusus, Dr. dr. Gego menilai studi banding ini menjadi kesempatan membangun jejaring dan saling bertukar pengalaman antar FK dalam lingkup Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) di Indonesia. “Kami berharap antar FK di jejaring APTIK bukan saling menjadi kompetitor, melainkan sama-sama berkomitmen mendidik dokter dengan keunggulan masing-masing. Di SCU misalnya, kami fokus menyiapkan dokter yang siap mengabdi di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan (DTPK),” tegasnya.
Melalui studi banding ini, Dr. dr. Gego melihat SCU semakin menegaskan perannya sebagai bagian dari jaringan APTIK yang saling mendukung dalam pengembangan FK. Ia pun berharap forum ini juga semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa FK SCU mampu mencetak dokter berkualitas dan berkarakter, yang siap menjawab tantangan kesehatan bangsa.