
Tim mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Hukum dan Komunikasi (FHK) Soegijapranata Catholic University (SCU) berhasil meraih Juara 3 Podcast Competition dalam MIK Communication Festival 2025 yang diselenggarakan Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) pada 4-8 November 2025. Mereka adalah Florecita Safira Febriyanto Alumnus (SMA Kristen YSKI Semarang), Elisabeth Setyatuhuayu Susanto (Alumnus SMAN 1 Purwokerto), dan Benedictus Yulianto (SMA Yos Sudarso Cilacap). “Kami senang dan tidak menyangka. Kebanggaan tersendiri bisa mengharumkan nama baik universitas maupun fakultas,” kesan Benedictus.
Mengusung tema “The Art of Digital Storytelling: Memimpin Narasi, Bukan Sekedar Data Akurasi,” tiga serangkaian tersebut bicara tentang digital storytelling dalam konten gim di platform Youtube Kids. Baik Florecita, Elisabeth, maupun Benedictus menilai pentingnya isu ini mengingat platform tersebut semestinya menjadi ruang edukasi bagi anak-anak, khususnya mereka yang masih berusia di bawah 10 tahun.
Menurut Florecita, banyak masyarakat yang belum menyadari pentingnya narasi dalam konten Youtube Kids. “Masih banyak ditemui tayangan YouTube Kids yang kurang pantas ditonton ataupun didengar oleh anak di bawah 10 tahun, yang sedang dalam masa meniru dan mempraktikkan apa yang ia lihat,” tuturnya.
Sejalan dengan itu, Elisabeth menambahkan bahwa isu yang diangkat juga relevan dengan keilmuannya dan tim dalam Ilmu Komunikasi. Dalam hal ini, khususnya terkait pentingnya kepemimpinan narasi dalam media digital yang dikonsumsi anak-anak. “Narasi yang tidak dipimpin dengan tepat pastinya akan berpengaruh pada perkembangan anak,” tandasnya.
Lebih lanjut, menurutnya, podcast menjadi kemasan media yang tepat untuk menyebarluaskan isu ini. Hal ini pun menjadi alasannya dan tim memilih Podcast Competition di samping kategori lomba lain. “Podcast pembawaannya lebih santai dan tidak formal, sehingga bisa lebih enjoy sekaligus juga mengurangi ketegangan,” ungkapnya.
Walau begitu, tantangan tetap dirasakan saat ketiganya harus menentukan topik, membuat naskah, dan mengemas isu tersebut dengan menarik hanya dalam waktu tiga hari. Untungnya, tiga serangkai itu turut mendapatkan dukungan dari para dosen.
“Dari awal sudah sangat suportif, mulai dari bimbingan, arahan, kritik, penilaian, hingga perhatian, sehingga kami semakin semangat untuk menjalani kompetisi. Isu yang diangkat sebenarnya juga merupakan rekomendasi dari dosen yang sedang meneliti itu,” tambah Florecita dan Elisabeth.
