

Soegijapranata Catholic University (SCU) menguatkan kembali komitmennya dalam menghadirkan suasana belajar yang menyenangkan, nyaman, dan humanis. Komitmen tersebut ditegaskan dalam Soegijapranata Memorial Lecture (SML) XVII yang diselenggarakan The Soegijapranata Institute (TSI) SCU bersamaan dengan Rapat Kerja Universitas (RKU) 2025 di Pastoral Sanjaya Muntilan pada 27-28 November 2025. Bersama Rm. Dr. Bernardus Singgih Guritno, dosen dan tenaga kependidikan SCU diajak berefleksi untuk semakin menguatkan budaya dan nilai kampus, joyful (menyenangkan), cura personalis, dan reflektif.
Di depan 125 pejabat struktural SCU, Rm. Singgih menekankan pentingnya kampus sebagai ruang perjumpaan yang bermakna sekaligus meneguhkan identitas sesama sivitas akademika. Demi membangun hal tersebut, relasi yang humanis dan penuh perhatian (cura personalis) menjadi kunci.

“Akan berbahaya jika kampus hanya dianggap sebagai ‘tempat,’ tanpa adanya ikatan emosional dan kedekatan di dalamnya. Kampus harus jadi tempat sivitas akademika saling berjumpa dan berbagi kisah serta memperkuat identitas bersama,” ungkapnya.
Konsep ini, menurut Rm. Singgih, sejalan dengan nilai dan budaya digaungkan SCU, joyful, cura personalis, dan reflektif. Ketiga nilai tersebut menurutnya perlu ditekankan sebagai satu kesatuan proses di kampus. “Joyful lahir dari makna, dan makna hadir dari refleksi. Cura personalis mengantar ke refleksi,” tambahnya.
Dengan semangat ini, mahasiswa tidak hanya memiliki kemampuan kognitif, melainkan juga karakter, kepedulian, serta kreativitas. Mendukung hal tersebut, proses akademik di kampus juga menghadirkan nilai, identitas, dan kepekaan melalui relasi antar sivitas akademika.

Kepala TSI SCU, Rikarda Ratih S, MIKom, menjelaskan pihaknya berupaya meneguhkan arah pembentukan budaya tersebut di lingkungan kampus, mengingat nilainya yang mengakar dari Patron Universitas sekaligus Uskup Pribumi Pertama dan Pahlawan Diplomasi Nasional, Mgr. Albertus Soegijapranata. “Banyak gagasan yang bermunculan, tentang ruang-ruang perjumpaan bermakna antar sivitas akademika, praktik cura personalis, penciptaan pengalaman belajar yang menumbuhkan identitas mahasiswa, dan penguatan tradisi akademik sebagai memori kolektif kampus,” tuturnya.
Melalui RKU, refleksi nilai dan budaya kampus dalam SML kemudian diterjemahkan kembali untuk merumuskan arah strategis kampus. “RKU menjadi ruang tindak lanjut untuk memfokuskan dan menyelaraskan SML ke dalam kebijakan, program kerja, dan budaya organisasi,” katanya.