Pusat Akselerasi Jabatan Fungsional/Akademik Dosen (AJAFA), Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia (LPSDM) Soegijapranata Catholic University (SCU) menyelenggarakan Penyamaan Persepsi Penilaian JAD Tim Penilaian Angka Kredit (PAK) Universitas dan Tim Komite Integritas (KIA) Fakultas. Menghadirkan Kepala LLDIKTI Wilayah VI Prof. Aisyah Endang Palupi, kegiatan ini bertujuan untuk menyatukan standar penilaian karya ilmiah dosen.
Melengkapi itu, diselenggarakan pula Workshop Uji Turnitin dengan menghadirkan Guru Besar UNDIP Prof. Hermin Pancasakti Kusumaningrum untuk membahas aturan terbaru plagiarisme berikut praktik pemanfaatan deteksinya sebagai instrumen penting dalam memastikan kualitas karya ilmiah.
Kedua kegiatan tersebut diselenggarakan pada Kamis, 4 September 2025 di Gedung Antonius, Kampus 1 SCU Bendan.
Menurut keterangan Kepala Pusat AJAFA SCU Dr. Elizabeth Lucky Maretha Sitinjak, kedua kegiatan ini merupakan upaya kampus dalam meningkatkan kualitas karya ilmiah dosen serta percepatan jenjang jabatan akademik. Demi mendukung hal tersebut, ia pun menilai pentingnya kegiatan ini untuk menyatukan standar penilaian karya dosen.
“Tim KIA dan Tim PAK harus selaras dalam menilai karya mana yang layak lolos dan mana yang tidak. Target Rektor baru cukup besar, yakni 50 lektor, 50 lektor kepala, dan 15 guru besar hingga 2029. Itu hanya bisa dicapai jika ada kesamaan persepsi dan kualitas karya yang konsisten,” ungkapnya.
Dr. Lucky menambahkan bahwa SCU tengah menyiapkan digitalisasi sistem AJAFA agar dosen lebih mudah mengolah Laporan Kinerja Dosen (LKD) sejak awal. Pendampingan juga rutin dilakukan pihaknya setiap minggu untuk para dosen yang ingin mengajukan kenaikan jabatan akademik. “Intinya slow but sure. Dengan pendampingan dan motivasi antar-rekan, target jabatan akademik lebih realistis dicapai,” ujarnya.
Dalam forum tersebut, Prof. Hermin menekankan pentingnya pemahaman aturan terbaru terkait plagiarisme yang dikeluarkan Kepmendiktisaintek No. 63 Tahun 2025. “Sekarang hanya diminta satu karya ilmiah untuk syarat kenaikan jabatan, tetapi standar keaslian dan etika akademiknya jauh lebih ketat. Kesalahan kecil saja, seperti tanda baca atau istilah bahasa yang tidak sesuai, bisa membuat usulan ditolak,” jelasnya .
Ia juga menyoroti aspek yang kini diawasi lebih ketat, mulai dari plagiarisme, self-plagiarism, manipulasi data, authorship, hingga konflik kepentingan. “Dosen harus lebih teliti. Karena hanya satu karya yang diminta, maka kualitasnya harus benar-benar terjaga, sesuai bidang keilmuan dan track record akademik,” tambahnya.
Melalui dua kegiatan ini, SCU menegaskan komitmennya dalam mendukung dosen agar mampu menghasilkan publikasi berkualitas sekaligus mempercepat akselerasi jabatan akademik. Sinergi antara pemahaman regulasi JAD, pendampingan internal, dan pemanfaatan teknologi deteksi kesamaan seperti Turnitin diharapkan mampu memperkuat kredibilitas riset dan reputasi akademik universitas.
