Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Soegijapranata Catholic University (SCU) menyelenggarakan Kuliah Tamu pada Rabu, 25 Juni 2025 di Theater Fransiskus Asisi, Kampus 2 SCU BSB. Dalam forum ini, mahasiswa beserta dosen FTP SCU berkesempatan berdiskusi secara langsung bersama Prof. Endang Sutriswati R. dari Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM. Mengusung tema “Gut Health, Gut Microbiota, and Role of Probiotics,” mereka membahas peran probiotik sebagai bakteri baik yang menjaga sistem imun dan metabolisme.
Materi
Prof. Endang mengupas pentingnya menjaga kesehatan usus melalui keseimbangan mikrobiota, kumpulan bakteri baik dalam saluran pencernaan. “Gut health adalah fondasi bagi sistem imun dan metabolisme yang sehat. Ketidakseimbangan mikrobiota usus, atau yang dikenal sebagai dysbiosis, bisa memicu berbagai penyakit kronis,” jelasnya. Ia juga memaparkan hasil riset terkait komposisi mikrobiota usus anak-anak Indonesia yang menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara anak sehat dan anak gizi kurang.
Ia pun turut memperkenalkan Lactobacillus plantarum Dad-13, strain probiotik lokal hasil pengembangan UGM yang terbukti meningkatkan kualitas gut microbiota dan status gizi pada anak malnutrisi. Probiotik ini juga telah digunakan dalam berbagai bentuk intervensi, mulai dari gummy, powder, hingga chocolate bar, dengan hasil klinis yang menjanjikan.
Dosen FTP SCU Dr. Lindayani mengatakan bahwa topik ini relevan dengan isu keberlanjutan dan inovasi produk pangan yang menjadi bahasan dalam dunia teknologi pangan saat ini. “Sejalan dengan tren naiknya produk pangan fungsional (functional food) di pasaran, di mana produk pangan tidak hanya mengenyangkan namun juga harus menyehatkan. Probiotik adalah bintang utama dalam tren ini,” terang Linda, sapaan akrabnya.
Tren Functional Food
Menurut The Business Research Company (2024), nilai pasar global functional food diperkirakan akan meningkat dari US$ 281 miliar pada 2024 menjadi US$ 315 miliar pada 2025, dan bakal tembus US$ 587 miliar pada 2030.
Senada dengan Linda, probiotik yang menjadi komponen utama dalam tren ini mengalami permintaan tertinggi. Pasar globalnya diperkirakan naik dari US$ 79,6 miliar pada 2024 menjadi US$ 86,8 miliar pada 2025 dan berpotensi mencapai US$ 133 miliar pada 2029. Di Indonesia, industri probiotik juga menunjukkan pertumbuhan signifikan, di mana pada 2023 nilainya sebesar US$ 1,08 miliar dan diperkirakan akan mencapai US$ 1,48 miliar pada 2027.
Dilansir RealSimple,com, adanya lonjakan pencarian daring terhadap produk pangan fungsional menandakan masyarakat juga semakin peduli dengan kesehatan. Makanan fermentasi sepeti kimchi, yoghurt, dan kombucha kini masuk dalam daftar belanja rutin dengan peningkatan pembelian mencapai 58% pasca pandemi COVID-19.
Mendorong Inovasi Produk Pangan
Linda menilai pentingnya forum ini guna membangun kesadaran mahasiswa tentang tren tersebut. Mereka diajak mendalami konsep dasar probiotik, jenis-jenisnya, serta peranannya dalam kesehatan dan pangan fungsional. “Agar mereka (mahasiswa) menyadari pentingnya pengembangan produk pangan yang mendukung kesehatan masyarakat dan gaya hidup modern,” tambah Linda.
Ia juga menegaskan bahwa pemahaman mendalam mengenai probiotik membuka peluang besar bagi pengembangan produk lokal berbasis fermentasi dan pangan fungsional. “Mahasiswa bisa mulai mengeksplorasi inovasi berbasis kultur lokal, misalnya mengembangkan tape probiotik yang berbasis L. plantarum Dad-13, seperti yang telah dilakukan UGM,” imbuhnya.
