MHKes SCU dan DPRD Jateng Kenang Perjuangan Prof. Agnes Widanti dalam Peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan

MHKes SCU dan DPRD Jateng Kenang Perjuangan Prof. Agnes Widanti dalam Peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan

Program Studi Magister Hukum Kesehatan (MHKes) Soegijapranata Catholic University (SCU) bersama Sekretariat DPRD Jateng mengenang kembali perjuangan mendiang Guru Besar Fakultas Hukum dan Komunikasi (FHK) SCU, Prof. Agnes Widanti dalam melawan kekerasan terhadap perempuan. Keduanya bekerja sama menyelenggarakan Talkshow “Dian yang Tak Pernah Padam: Mengenang Jejak Prof. Agnes Widanti dalam Semangat 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan” di Auditorium Agnes Widanti, Kampus 1 SCU Bendan pada Sabtu, 22 Desember 2025.

Talkshow ini menghadirkan Anggota DPRD Jateng, Kriseptiana Hendrar Prihadi, MM atau akrab disapa Tia Hendi, serta dosen FHK SCU, Prof. Rika Saraswati dan Dr. Endang Wahyati Yustina. Selain merefleksikan kembali kiprah Prof. Widanti dalam memperjuangkan keadilan dan kesetaraan gender, Perda tentang Perlindungan Perempuan dan Anak juga turut dibahas dalam forum ini.

Melalui momentum Peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16 HAKTP), Ketua Talkshow sekaligus Dosen FHK SCU, Dr. Yohanes Budi Sarwo, menjelaskan pihaknya ingin menghadirkan kembali gagasan dan pemikiran kritis mendiang Prof. Widanti. “Kami ingin memperkuat kesadaran kolektif tentang pentingnya perlindungan perempuan dari berbagai bentuk kekerasan,” terangnya.

Adapun kegiatan ini diikuti oleh sejumlah mahasiswa dan akademisi dari berbagai perguruan tinggi, aktivis dan LSM yang bergerak dalam isu perempuan, serta masyarakat umum. “Kami berharap dapat meningkatkan kesadaran publik, khususnya mendorong keterlibatan generasi muda, untuk merumuskan strategi konkret dalam memperkuat kesetaraan gender dan perlindungan kekerasan terhadap perempuan,” tambah Dr. Budi.

Sejalan dengan itu, Kaprodi MHKes SCU, Dr. Marcella Elwina Simanjuntak, menilai bahwa diskusi ini penting untuk menguatkan komitmen bersama dalam meneruskan perjuangan mendiang Prof. Widanti. Baginya, almarhumah merupakan akademisi sekaligus pejuang kemanusiaan yang sepanjang hidupnya mendedikasikan diri bagi kaum perempuan.

Semangat perjuangan mendiang menurut Dr. Marcella sejalan dengan nilai yang dipegang kampusnya, Talenta Pro Patria et Humanitate. Ia juga ikut menyoroti keberpihakan Prof. Widanti terhadap kaum marjinal yang melampaui isu perempuan, termasuk pada petani, buruh, nelayan, hingga penyandang disabilitas atau difabel.

“Sebagai wujud penghormatan untuk sosok Prof. Widanti yang mendedikasikan diri dan hidupnya untuk bangsa dan kemanusiaan. Baik di kampus maupun di tengah masyarakat, beliau mengabdikan pemikiran dan karyanya untuk memperjuangkan nasib perempuan yang mengalami ketidakadilan,” kesan Dr. Marcella.

Lebih lanjut, ia juga menekankan diskusi sejenis menunjukkan pentingnya kerja sama berbagai pihak dalam memerangi kekerasan terhadap perempuan. “Dibutuhkan sinergi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat agar kebijakan yang diambil benar-benar berpihak pada kelompok rentan,” tegasnya.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Email
WhatsApp