Pages

Kampus Belum Bisa Hasilkan Pengusaha

SM 25_04_2017 Kampus Belum Bisa Hasilkan PengusahaKurikulum yang ada Indonesia khususnya di Perguruan Tinggi (PT) atau kampus, dinilai belum bisa menghasilkan lulusan yang siap untuk menjadi pengusaha atau enterpreneur. Para mahasiswa hanya disiapkan untuk bekerja menjadi karyawan. ”Memilih karier berwirausaha merupakan hal luar biasa, kecuali bagi mereka yang memiliki latar belakang keluarga wirausaha.

Kalaupun mereka yang menjadi wirausaha itu karena kondisi, bukan produk dari tempat mereka belajar,” ungkap founder dan chairman Lippo Group Mochtar Riyadi usai berbicara di forum ”Entrepreneurship Wisdom” di kampus Universitas Katolik (Unika Soegijapranata) Semarang, baru-baru ini. Forum tersebut dipandu oleh Wakil Rektor IV Unika Soegijapranata Dr Ridwan Sanjaya.

Kondisi demikian, lanjut Mochtar, menyebabkan target pemerintah untuk meningkatkan jumlah wirausahawan sulit tercapai. Sebab, sebagian besar dari mereka telah berniat untuk menggantungkan hidup sebagai karyawan. ”Padahal tantangan globalisasi yang semakin berkembang khususnya dalam bidang ekonomi masyarakat kalau hanya berharap menjadi karyawan kesempatannya semakin kecil,” jelasnya.

Sementara dalam pemaparannya, Mochtar Riady strategi khusus untuk menghadapi tantangan zaman agar Lippo Group bisa ikut berinteraksi dalam arena globalisasi ekonomi. Ia mengibaratkan seperti mengejar kuda dengan menunggang kuda. Hal ini, lanjut dia, dilakukan agar perusahaannya menjadi perusahaan multinasional yang terus berkembang tanpa tergerus persaingan secara global.

Beberapa tahun silam, ketika perekonomian dunia masih berkiblat di Amerika Serikat, Mochtar memanggil pebisnis dari negara Paman Sam tersebut untuk memegang sejumlah bidang usahanya. ”Karena itu, saya dapat berlari kencang dengan ‘menunggang kuda’tersebut,” jelasnya.

Dia menambahkan, kini setelah zaman cepat berubah dan perekomian dunia bergeser ke Tiongkok, ia pun mengundang ahli bisnis dari negara tersebut. Dengan bekal pengetahuan dan pengalaman selama ini, Mochtar mencoba memadukan antara teori ekonomi dengan praktik di lapangan. ”Langkah tersebut mengantar Lippo Group masuk ke dalam masyarakat globalisasi ekonomi secara aktif dan produktif,” ungkap Mochtar.

Ia mengisahkan bagaimana mengundang puluhan pakar pasar modal dan keuangan dari Amerika Serikat (AS) untuk modernisasi dan standardisasi struktur dan manajemen Lippo Group. Dia menyebutnya sebagai langkah globalisasi sumber daya manusia (SDM). ”Lippo Bank mulai go public, menghimpun dana. Kami sebut itu sebagai langkah globalisasi kapital,” jelas Mochtar.

(►berita.suaramerdeka.com, Suara Merdeka 25 April 2017 hal. 22)

Tag

Facebook
Twitter
LinkedIn
Email
WhatsApp