Pages

Ekonomi Jateng Diprediksi Menurun

Koran Sindo 03_03_2016 Ekonomi Jateng Diprediksi MenurunSEMARANG – Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Tengah pada triwulan I tahun 2016 diperkirakan tidak akan sebaik triwulan IV tahun 2015.

Bank Indonesia Wilayah Jateng memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan I pada kisaran 5,2-5,6% atau lebih rendah dari triwulan IV tahun 2015 sebesar 6,1%. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Jateng Iskandar Simorangkir menerangkan, sesuai dengan pola musiman, sampai dengan Januari 2016, Jateng tercatat mengalami net inflow senilai Rp7,66 triliun, setelah mengalami net out flow pada Desember 2015.

Di sisi perkembangan harga, inflasi diperkirakan akan tetap terjaga dalam rentang 41% (yoy), walaupun tidak serendah capaian 2015. Oleh karena itu, BI akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah untuk memastikan pengendalian inflasi, penguatan stimulus pertumbuhan, dan reformasi struktural berjalan dengan baik. “Tercatat pertumbuhan net inflow pada Januari 2016 sebesar 4,17% (yoy), lebih rendah dibandingkan net inflow bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 95,55% (yoy). Pertumbuhan ini juga lebih rendah dibandingkan dengan bulan Januari yang sebesar 34,35% (yoy),” papar Iskandar di Kantor BI Wilayah Jateng kemarin.

Meskipun triwulan I perekonomian Jateng diperkirakan lebih rendah, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Jateng pada 2016 diperkirakan akan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. “Dengan pola kebijakan moneter dan ekspansi pengeluaran fiskal, pertumbuhan ekonomi diperkirakan terus mengalami peningkatan pada tahun 2016 di kisaran 5,4-5,8%,” ucapnya.

Iskandar mengaku pertumbuhan ekonomi diperkirakan meningkat ditopang oleh stimulus fiskal, khususnya realisasi pembangunan proyek infrastruktur yang semakin cepat. Investasi swasta diharapkan juga akan meningkat seiring dengan dampak dari paket kebijakan pemerintah dan pemanfaatan ruang pelonggaran moneter secara terukur dengan tetap menjaga stabilitas makro.

Di tengah dinamika ekonomi global, upaya pemerintah meningkatkan daya beli masyarakat dan efektivitas stimulus fiskal akan memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian 2016. Hanya, perekonomian ke depan masih dibayangi dengan beberapa risiko eksternal dan domestik. Beberapa risiko yang perlu diwaspadai, di antaranya prospek ekonomi AS yang belum kuat, kenaikan FFR diperkirakan mundur ke semester II dengan magnitude kenaikan sebesar 50 basist points (bps).

Risiko lainnya terkait perlambatan ekonomi China dan berlanjutnya penurunan harga komoditas, termasuk harga minyak dunia yang cenderung terus turun. “Dari sisi domestik risiko yang perlu mendapatkan perhatianadalahpotensitekananinflasi volatile food,” ucapnya. Pengamat ekonomi Universitas Soegijapranata (Unika) Semarang Andreas Lako mengaku pertumbuhan ekonomi di Jateng memiliki tren terus mengalami peningkatan. Meskipun ada beberapa gejolak di perekonomian global, tidak terlalu berdampak bagi Jateng.

Dia mengakui kondisi ekonomi sepanjang 2015 merupakan kondisi yang sangat sulit bagi perekonomian. Banyak kalangan memprediksi perekonomian Jateng akan melambat dari tahun lalu, tapi buktinya Jateng pertumbuhanekonomimasihmampu tumbuh meski tidak banyak.
“Pertumbuhan ekonomi tidak lepas dari kondisi infrastruktur khususnya jalan. Dan jalan-jalan di Jateng saat ini sudah lebih baik sehingga akan mendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Andreas Lako.

Tautan : http://koran-sindo.com

Tag

Facebook
Twitter
LinkedIn
Email
WhatsApp