Unika Soegijapranata telah 1 dekade menjalin kerjasama dengan ACUCA dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui program pertukaran pelajar (student mobility). Dan dalam rangka student mobility tersebut, International Office (IO) pada hari Senin (15/2), bertempat di ruang rapat Gedung Mikael lantai 2 Unika Soegijapranata, telah menyelenggarakan acara pemberangkatan dan penyambutan mahasiswa yang akan dan sudah menempuh studi di luar negeri.
“Pertukaran pelajar antar perguruan tinggi dalam kalangan anggota ACUCA adalah salah satu program kerja ACUCA, tiap semester kita selalu mengirim mahasiswa untuk studi di perguruan tinggi di luar negeri yang merupakan sesama anggota ACUCA. Sebaliknya kita juga menerima mahasiswa dari luar negeri yang ingin studi di Unika,“jelas Dr. Ridwan Sanjaya sebagai Wakil Rektor IV, saat memberikan sambutan.
Pada semester ini terdapat tiga mahasiswa yang sudah menyelesaikan program di Kwansei Gakuin Jepang dan Providence University Taiwan selama 1 semester sejak September 2015 lalu. Dan dalam waktu dekat ini Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unika memberangkatkan salah satu mahasiswanya Ulil Albab Af-Farizi yang akrab disapa Fariz untuk belajar di negeri Taiwan tepatnya di Wenzao Ursuline University of Languages Taiwan.
“Fariz telah lama ingin belajar di luar negeri sehingga sejak semester satu bergabung di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Fariz sudah aktif mencari informasi mengenai pertukaran pelajar,” ungkap Dr. Ekawati M. Dukut, M.Hum selaku kepala International Office Unika Soegijapranata.
Berbagai persiapan telah dilakukan Fariz terkait persiapan studi di Taiwan, salah satunya adalah restu Orang Tua. Fariz menyadari peran penting kedua orang tua dalam keberhasilannya menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi.
Sebaliknya, Elisabeth dan Stephani yang mewakili beberapa rekannya yang kembali ke tanah air setelah satu semester studi di Jepang dan Taiwan mengungkapkan pengalamannya ketika belajar di sana. “Salah satu kebiasaan yang menarik di Jepang adalah tepat waktu. Disana kebiasaan tepat waktu sudah membudaya di masyarakat sehingga ada pengalaman positif yang saya dapat selain studi formal disana,”tutur Elisabeth.
Lain pula dengan pengalaman Stephani yang pada awal kedatangan di Taiwan merasa sangat spesial, “Di masyarakat Taiwan belum terbiasa dengan bahasa Inggris, sehingga saat berbicara dengan orang Taiwan di luar kampus kebanyakan mereka tidak menggunakan bahasa Inggris jadi harus mengenal sedikit demi sedikit bahasa mereka,”ungkap Stephani.(jow)