Hadirkan Akademisi Australia, FEB SCU Ajak Mahasiswa Dalami Pentingnya Rantai Pasokan Digital untuk Keunggulan Bisnis Global

Hadirkan Akademisi Australia, FEB SCU Ajak Mahasiswa Dalami Pentingnya Rantai Pasokan Digital untuk Keunggulan Bisnis Global

Ratusan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Soegijapranata Catholic University (SCU) peserta Mata Kuliah Pengendalian Operasi mengikuti Kuliah Tamu “Meet the Expert: Digital Supply Chain for Global Competitiveness.” Bertempat di Teater Thomas Aquinas, Kampus 1 SCU Bendan pada Kamis, 4 Desember 2025, mereka berkesempatan berdiskusi secara langsung bersama Pakar Rantai Pasok atau Supply Chain dari Edith Cowan University (ECU) Australia, Ferry Jie, Ph.D, FCILT.

Sampaian

Mahasiswa ditekankan pentingnya digitalisasi dalam mendukung transformasi rantai pasar global, termasuk kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), machine learning, dan robotics. Menurutnya, teknologi digital menjadi faktor penting untuk mendorong efisiensi biaya operasi, ketepatan proses, dan pengambilan keputusan strategis dalam bisnis modern.

Ferry menyampaikan bahwa digital supply chain ideal harus memiliki tiga elemen utama. Salah satunya yaitu keberlanjutan atau sustainability yang berkaitan erat dengan perhitungan karbon, kategori ESG, hingga target net zero. Kemudian, resilience guna memastikan rantai pasok tetap berjalan tanpa henti (business continuity), bahkan saat menghadapi hambatan. Selain itu, ada pula Human-Centered Design (Society 5.0), di mana teknologi maju tidak boleh menghilangkan peran manusia sebagai pengambil keputusan.

“AI dan machine learning adalah mesin, tetapi manusia tetap menjadi pengambil keputusan akhir. Digital supply chain hanya akan optimal bila manusia, proses, dan teknologi berjalan bersama,” tegas Ferry.

Dalam diskusi, Ferry juga menjelaskan konsep upstream dan downstream supply chain secara konkret melalui contoh industri daging sapi Australia yang memasok produknya ke lebih dari 89 negara. Ia menegaskan bahwa kompleksitas rantai pasok tergantung pada banyaknya aktor dan proses yang terlibat dari pemasok hingga konsumen global.

Menjawab kekhawatiran mahasiswa mengenai potensi AI menggantikan tenaga kerja, Ferry memberikan pandangan tegas. “Mesin tidak dapat menggantikan manusia. AI membantu kita memproses data, tetapi keputusan tetap berada di tangan manusia. Tantangannya adalah kita harus terus meng-upgrade skill agar adaptif terhadap teknologi,” tuturnya.

Lebih lanjut, ia pun mencontohkan transformasi layanan di bandara dan ritel Australia. “Meski otomatisasi semakin luas, posisi manusia tetap diperlukan di berbagai fungsi seperti layanan pelanggan, supervisi, dan pengambilan keputusan,” tambahnya.

Dalam sesi perbandingan antara Indonesia dan Australia, Ferry justru menilai bahwa adopsi teknologi di sektor jasa Indonesia, khususnya layanan perbankan, lebih maju daripada Australia, di mana sebagian besar layanan perbankan masih mengharuskan nasabah datang secara langsung ke konter.

Latar Belakang dan Peluang Kerja Sama

Wakil Dekan Bidang Akademik, Riset, dan Kerja Sama FEB SCU, Dr. Ranto Partomuan Sihombing, SE., M.Si., menyampaikan bahwa kuliah tamu ini bertujuan untuk memperluas wawasan mahasiswa mengenai pengelolaan operasi dan rantai pasok di tingkat global. “Kami ingin mahasiswa melihat bahwa supply chain tidak lagi berada pada ranah lokal. Teknologi digital membantu perusahaan mengoptimalkan keputusan strategis dan efisiensi operasional. Karena itulah kami menghadirkan pakar yang lama meneliti bidang ini,” jelasnya.

Kunjungan Ferry ke SCU bukan kali pertama. Dr. Ranto pun berharap kerja sama antar perguruan tinggi bisa semakin terbuka peluangnya ke depan. “Kami berharap keterbukaan membuka jalan bagi kolaborasi riset, visiting professor, hingga student exchange,” ujarnya.

Lebih lanjut, pihaknya pun menegaskan komitmennya untuk mempersiapkan lulusan yang responsif terhadap perkembangan industri, terutama di bidang manajemen operasi dan rantai pasok yang kini semakin berbasis digital.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Email
WhatsApp