Urbanisasi yang terus meningkat telah mengubah wajah kota menjadi hutan beton yang minim ruang hijau dan jauh dari elemen alami. Kondisi ini tidak hanya mempengaruhi kualitas lingkungan, tetapi juga berdampak serius terhadap kesehatan fisik dan mental masyarakat.
Merespons isu tersebut, Program Studi Arsitektur Soegijapranata Catholic University (SCU) mengangkat tema “Biophilic Architecture” dalam gelaran tahunan Seminar dan Pameran Best of Studio (BOS) 2025. Kegiatan ini diselenggarakan pada Rabu, 16 April 2025 di Theater Thomas Aquinas, Kampus 1 SCU Bendan.
Melalui pendekatan arsitektur biophilic—yang mengedepankan hubungan erat antara manusia dan alam dalam lingkungan binaan—Program Studi Arsitektur SCU mendorong desain arsitektur yang tidak hanya estetik, tetapi juga ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Tiga narasumber dihadirkan untuk membedah konsep Biophilic Architecture secara mendalam, yaitu Deddy Wahjudi, PhD, IAI, AA (Praktisi Arsitektur dari Labo Studio) Dr. Ir. Agustinus Djoko Istiadji, MSc (Dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta), dan Stephanus Arie Sugiyo Pranoto, ST (Alumnus SCU). Mereka membahas mulai dari prinsip dasar biophilic design, manfaatnya bagi kesehatan mental penghuni, hingga penerapannya dalam konteks perkotaan Indonesia yang terus berkembang.
Pameran Best of Studio 2025
Bersamaan dengan seminar, dihadirkan pula pameran karya studio mahasiswa Arsitektur SCU yang digelar di Selasar Thomas Aquinas, Kampus 1 SCU Bendan. Ketua Pelaksana Seminar dan Pameran Felix Siagian menuturkan total ada 20 karya yang ditampilkan. “Mempersiapkan karyanya dari Januari 2025 dan dipamerkan selama kurang lebih seminggu, ini puncaknya,” jelas Felix.
Setiap karya yang ditampilkan merupakan hasil kurasi dari 8 studio terbaik. Bukan hanya menonjolkan kreativitas desain, tetapi juga keberanian menjawab tantangan urbanisasi melalui pendekatan biophilic.
“Best of Studio menjadi ajang apresiasi sekaligus refleksi. Mahasiswa ditantang untuk tidak hanya membuat desain bagus, tetapi juga relevan dan berdampak,” ujar Ketua Program Studi Arsitektur SCU Dr. Ir. V.G. Sri Rejeki, MT.
Sejak pertama kali digelar pada 2018, BOS menjadi salah satu wadah penting untuk mengasah kompetensi mahasiswa secara menyeluruh—mulai dari berpikir kritis, berkomunikasi di depan publik, hingga menjawab isu-isu nyata melalui karya arsitektur.
Menjadi Narasumber Seminar sekaligus Juri Pameran, Deddy pun turut mengapresiasi bagaimana mahasiswa SCU ditantang untuk menjawab tantangan lingkungan dengan desain arsitektur.
“Mereka diberikan pemahaman konsep bahwa desain bangunan harus ramah lingkungan. Mereka harus menyadari bahwa karya mereka punya peran besar dalam menjawab isu ini dengan tetap melihat hubungan manusia dengan alam,” pungkasnya.
