Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Soegijapranata Catholic University (SCU) bersama Yayasan Kagama Bhakti Nusantara (YKBN) mengadakan Pelatihan Pemanfaatan By-Product Buah Parijoto. Pelatihan tersebut diikuti oleh para pelaku UMKM Kudus di Kantor YKBN Kudus pada 11 Februari 2025.
Melanjutkan Kuliah Umum dan Peluncuran Buku “Parijoto: Sang Buah Idola dari Gunung Muria” dengan PT Nojorono Tobacco International (Nojorono Kudus), pelatihan ini bertujuan untuk memperluas wawasan para pelaku UMKM tentang kegunaan buah parijoto agar dapat dikembangkan manfaatnya.
“Buah parijoto memiliki banyak kegunaan. Pengembangan wawasan ini adalah bagian dari proyek ‘Green Food’ FTP,” ujar dosen FTP SCU Prof. V. Kristina Ananingsih.
Sejak 2022, Prof. Tina telah menjalankan proyek pengembangan kegunaan buah parijoto. Sebagai bentuk kelanjutan proyek tersebut, pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pemanfaatan dan nilai tambah buah parijoto.
Prof. Tina, bersama timnya, ingin mendorong inovasi dalam pengolahan hasil sampingan buah parijoto demi keberlanjutan sektor pangan dan ekonomi masyarakat lokal. Melalui UMKM, diharapkan masyarakat Kudus dapat merombak kembali proses produksi produk buah parijoto.
Menurut Prof. Tina, byproduct, atau produk sampingan, dari buah parijoto masih dapat dikembangkan kembali. Pihak UMKM sendiri telah berhasil memproduksi sirup, selai, permen, bahkan teh menggunakan buah parijoto.
Pengembangan hasil olahan buah parijoto memungkinkan semakin banyak kalangan untuk ikut menikmati buah ini. Sejauh ini, diketahui sudah ada 6 UMKM yang mengolah dan memasarkan buah parijoto menjadi produk yang beraneka ragam.
Dijuluki “Anggur Asia”, buah Parijoto adalah salah satu pesona khas Kudus yang belum terkenal meluas. Menurut Prof. Tina, buah parijoto mengandung kadar antioksidan yang bermanfaat untuk tubuh, namun memiliki rasa masam yang mengurangi minat konsumsi.
Lanjutnya, sisa produksi buah parijoto, berupa ampas ekstrak sari buah, sering terbuang meskipun tetap dapat digunakan. “Padatan buah biasanya dijadikan pupuk saja, padahal kandungan seratnya tinggi. Setelah dikeringkan, kami justru mampu menjadikan padatan itu menjadi bahan lain, seperti tepung. Tepung itu bisa dijadikan produk lain, seperti brownies crispy, cookies, bakso goreng, pie,” jelas Prof. Tina.
Pihaknya pun berupaya mengembangkan potensi sumber daya masyarakat, sehingga dilakukan penelitian mendalam mengenai pengolahan buah parijoto.
“Kami berharap pelaku UMKM berhasil dalam proses produksi dan bisa menyampaikan ke masyarakat tentang Green Food Processing, memanfaatkan byproduct produksi. Limbah digunakan kembali dan tidak sekedar dibuang. Sebanyak mungkin bisa digunakan untuk konsumsi,” komen Prof. Tina. (Humas SCU/Alex)
