Dosen Fakultas Hukum dan Komunikasi (FHK) Soegijapranata Catholic University (SCU), Adrianus Bintang Hanto Nugroho, MA, dipercaya menjadi Visiting Lecturer di School of Law, Tunghai University Taiwan, pada 24 April 2025. Dalam kesempatan tersebut, ia membawakan kuliah bertema “Discrimination against Religious Minorities in Indonesia: the story of Constitutionality and Reality”.
Dalam paparannya di hadapan mahasiswa Fakultas Hukum Tunghai University, Adrianus Bintang menyoroti ketidaksesuaian antara konstitusi dan kenyataan di Indonesia dalam hal kebebasan beragama. “Secara konstitusional, UUD 1945 menjamin kebebasan beragama bagi seluruh warga negara Indonesia, namun dalam realitas sosial, diskriminasi terhadap kelompok agama mikrominoritas masih terjadi,” tegas Bintang.
Topik ini memancing diskusi hangat di antara mahasiswa Tunghai University, yang membandingkan situasi tersebut dengan kondisi di Taiwan. Di Taiwan, tingkat toleransi terhadap keberagaman agama dan orientasi seksual dinilai lebih tinggi. Bahkan, Taiwan merupakan negara Asia pertama yang melegalkan pernikahan sesama jenis sejak 2019. Menurut laporan Pew Research Center (2020), Taiwan mencatat skor tertinggi dalam tingkat penerimaan terhadap komunitas LGBTQ+ di Asia, dengan lebih dari 55% responden mendukung hak pernikahan sesama jenis.
Selain Bintang, dosen FHK SCU lainnya, Paulus Angre Edvra, MA juga turut berpartisipasi sebagai Dosen Tamu di Tunghai University. Paulus membawakan kuliah bertema “Ownership and Political Affiliation of Local Mass Media in Indonesia Ahead of the 2024 Regional Head Elections”.
Dalam kuliah tersebut, Paulus memaparkan hasil penelitiannya tentang bagaimana afiliasi politik pemilik media massa lokal mempengaruhi independensi pemberitaan, khususnya menjelang Pilkada 2024. Studi kasus yang diangkat menunjukkan adanya kompromi terhadap prinsip-prinsip jurnalistik akibat tekanan politik. “Kepemilikan media di tingkat lokal sering kali menentukan arah pemberitaan, apalagi saat momentum politik besar seperti pilkada,” jelas Paulus.
Mahasiswa pun menunjukkan ketertarikan besar terhadap perbandingan independensi media di Indonesia dan Taiwan. Berdasarkan laporan Reporters Without Borders (RSF) tahun 2024, Indonesia menempati peringkat ke-108 dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia, sedangkan Taiwan berada di posisi ke-26, menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan dalam hal kebebasan media.
Dekan FHK SCU Dr. Marcella Elwina S pun menilai pentingnya pertukaran dosen dalam mempererat kerja sama dengan perguruan tinggi lain. “Kami kerap mengirimkan dosen untuk mengisi kuliah umum di universitas lain, memberikan pengalaman baru juga untuk mereka,” tandasnya.