
Mahasiswa Program Studi Sastra Inggris, Faculty of Language and Arts (FLA) Soegijapranata Catholic University (SCU) mementaskan Drama “Rewind” di Auditorium Agnes Widanti, Kampus 1 SCU Bendan pada Jumat (5/12) sebagai puncak capaian pembelajaran dalam Mata Kuliah The World of Drama dan Stage Management.
Latar Belakang dan Cerita
Naskah yang ditulis mahasiswa, Diani Elysia Maharani ini mengisahkan perjuangan sepasang kakak beradik yang terjebak dalam time loop. Sepanjang alur cerita, keduanya berulang kali mengalami kejadian yang sama, hingga muncul konflik emosional yang menuntut salah satu di antara mereka berkorban agar siklus waktu dapat terputus. Pemilihan tema ini menurut Diani berangkat dari ketertarikannya dalam mengikuti tren serupa dalam karya-karya fiksi Jepang.
Melalui cerita ini, Diani berupaya menghadirkan ketegangan psikologis sekaligus pesan emosional mengenai ikatan keluarga. “Ikatan antar saudara menjadi fokus emosi cerita. Kami ingin menggambarkan bagaimana kecintaan dan keterikatan dapat membuat seseorang sulit menerima takdir,” tuturnya.
Menurut Pimpinan Produksi, Januar Billy Christian Adangpen, pemilihan tema juga tidak terlepas dari relevansi dengan target penonton yang berasal dari berbagai macam usia, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Januar juga menambahkan bahwa pihaknya ingin menghadirkan pementasan drama dengan alur cerita yang tidak biasa. “Biasanya drama berjalan dari perkenalan ke klimaks lalu penutup, tapi cerita ini terus mengulang dari awal, sehingga penonton diajak masuk pada rasa penantian dan ketegangan yang sama dengan karakter,” tandasnya.
Halangan dan Tantangan
Karena itulah, mahasiswa pemeran, Vino Utama, merasa pembawaan karakter membutuhkan pendalaman emosi yang tidak sederhana, di samping tantangan menghafal dialog berbahasa Inggris. “Penting untuk menjaga alur emosi dan menyeimbangkan dialog, ekspresi, dan bahasa tubuh agar pesan dari cerita dapat tersampaikan secara utuh,” kesan Vino.
Tantangan lain menurut Stage Manager, Fransiskus Martin, adalah persiapan yang singkat, yaitu 1,5-2 bulan. Proses produksi menguji timnya untuk tetap menjaga ketelitian dan koordinasi, karena pengelolaan panggung yang menuntut pergerakan aktor, pencahayaan, properti, dan transisi adegan berjalan presisi.
Menurut keterangannya, ada lebih dari 50 mahasiswa terlibat, mulai dari departemen artistik, dokumentasi, general affairs, tata cahaya, efek panggung, tata rias, hingga publikasi. “Kami ingin memastikan setiap elemen panggung saling mendukung sehingga penonton mendapatkan pengalaman yang emosional,” tegasnya.
Upaya dan Capaian
Dosen Pengampu Mata Kuliah, Dr. Ekawati Marhaenny Dukut, M.Hum menilai pentingnya pementasan ini dalam mengintegrasikan kompetensi berbahasa Inggris. “Kami ingin memastikan mahasiswa tidak hanya belajar Bahasa Inggris melalui teori, mendengarkan, atau membaca, tetapi mampu ‘memproduksinya’ dalam bentuk pertunjukan. Dengan drama ini, talenta mereka diuji langsung oleh penonton. Indikatornya jadi jelas, ketika drama diapresiasi dengan tepuk tangan,” ungkap Dr. Ekawati.