Program Magister Hukum Kesehatan (Hukes) Soegijapranata Catholic University (SCU) dan Masyarakat Hukum Kesehatan Indonesia (MHKI) Wilayah Jateng menyambangi RS Cepoko Semarang. Bersama Yayasan Permata Sari, kunjungan tersebut dalam rangka melakukan Bakti Sosial Operasi Bibir Sumbing dan Langit-Langit. Kegiatan ini diselenggarakan pada 18-19 Mei 2024.
Ada lebih dari 12 pasien yang merupakan anak-anak penderita bibir sumbing yang ikut dioperasi melalui bakti sosial ini. Mayoritas dari mereka bukan merupakan penduduk asli Kota Semarang.
Komisaris Utama RS Cepoko Semarang, Anang Budi Utomo menuturkan mereka mengalami kesulitan mengonsumsi makanan akibat menderita bibir sumbing. “Memang secara estetika mereka harus segera dioperasi untuk mendapatkan pertolongan,” tambah Anang.
Walau begitu, mayoritas anak yang mengalami bibir sumbing berasal dari keluarga yang tidak mempunyai finansial kuat. Tidak mendapatkan perawatan yang semestinya membuat kepercayaan diri enggan muncul, sehingga anak-anak tersebut tidak ingin bersosialisasi. Mahasiswa Program Hukes SCU, Slamet Riyadi menuturkan tidak sedikit pula dari mereka yang mengurungkan niat menempuh pendidikan di bangku sekolah.
Kolaborasi Hukes SCU, MHKI Jateng, dan Yayasan Permata Sari
Kegiatan ini merupakan kali kedua Program Magister Hukes SCU bersama MHKI Wilayah Jateng dan Yayasan Permata Sari melakukan bakti sosial. “Kami ingin mencoba membantu meringankan beban masyarakat untuk memberikan bantuan kesehatan. Hal ini juga sebagai realisasi pengabdian masyarakat,” tambah Slamet.
Sebelumnya, ketiga pihak pernah melakukan kegiatan serupa di RS Permata Sari Semarang pada 2019 lalu. Saat itu, ada sebanyak 18 pasien penderita bibir sumbing yang ikut dioperasi. “SCU melalui Hukes ingin hadir memberikan bentuk kepeduliannya terhadap kesehatan masyarakat,” imbuh Slamet.
Ketua Yayasan Permata Sari, Endang Sri Sarastri menuturkan pihaknya telah melakukan kegiatan serupa sejak 2000 silam. Berkurangnya jumlah penderita bibir sumbing tidak lain menurutnya juga berkat masyarakat yang lebih mengadaptasi pola hidup sehat.
“Biasanya saat hamil kurang diperhatikan gizinya. Kalau hamil muntah-muntah tidak berusaha dimasukan (makan) kembali. Padahal 3 bulan pertama hamil adalah pembentukan organ tubuh,” terang Endang.
Ia pun berharap selepas dioperasi anak-anak penyintas bibir sumbing mau membuka dirinya kembali untuk bersosialisasi dan menempuh pendidikan. “Dengan penampilan yang lebih bagus anak-anak mau sekolah dan bersosialisasi. Menjadi anak-anak yang pandai, sehingga bisa berguna bagi nusa dan bangsa,” harap Endang.
