
Sejumlah dosen Soegijapranata Catholic University (SCU) antusias mengikuti Workshop Pendampingan Penulisan Artikel Ilmiah yang diselenggarakan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) dan Pusat Akselerasi Jabatan Akademik Dosen (JAD) SCU pada Kamis, 20 November 2025 di Gedung Mikael, Kampus 1 SCU Bendan.
Bersama Dr. Ranto Partomuan Sihombing (Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis SCU) dan Peter Ardhianto, PhD (Dosen Fakultas Arsitektur dan Desain SCU), mereka membahas strategi praktis dalam menulis artikel ilmiah agar dapat menembus jurnal terakreditasi baik nasional maupun internasional.
Penggunaan AI dalam Proses Penelitian
Salah satu yang menjadi pokok bahasan yakni etika penggunaan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) dalam proses penelitian, khususnya menulis artikel ilmiah.
Menurut Peter, AI sebaiknya digunakan sebagai alat bantu dan bukan sebagai pengganti proses berpikir kritis. Ia turut memperkenalkan sejumlah alat bantu berbasis AI, seperti Scite, Quillbot, dan Perplexity, yang dapat membantu menyusun kerangka pikir, tinjauan pustaka, hingga parafrase akademis.
Meski demikian, Peter menegaskan bahwa penulis tetap harus mengonstruksi ulang gagasan dengan bahasa dan pemahamannya sendiri. Ia juga melihat AI sebagai “dua sisi mata pisau,” yang mempercepat proses riset, namun di sisi lain, dapat menurunkan kualitas dan integritas karya ilmiah jika digunakan berlebihan.
“AI membantu mempercepat, tapi jangan sampai ide utama bukan milik kita. Yang paling aman adalah memahami ide pokoknya, lalu menyusunnya kembali dengan bahasa sendiri,” tuturnya.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa kualitas penelitian serta artikel ilmiah bukan ditentukan oleh penggunaan teknologi di dalamnya, melainkan penguasaan akademisi dalam tiga modal utama. Adapun modal tersebut yakni pemahaman atas state of the art, kemampuan menemukan research gap, serta kejelasan novelty atau kebaruan dalam mendukung posisi sekaligus kontribusi penelitian.
“Yang paling sulit bukan menulis, tapi menemukan gap penelitian. Karena dari sanalah kebaruan atau novelty muncul,” terang Peter.
Meningkatkan Publikasi untuk Reputasi

Bersamaan dengan itu, Dr. Ranto juga menegaskan pentingnya para dosen untuk mengelola manajemen waktu dengan baik. Ia menilai perlu adanya strategi kolaboratif, seperti pembagian peran dalam tim penulis dan mengajak mahasiswa sebagai mitra menulis melalui bimbingan tugas akhir. “Menulis itu soal komitmen dan tanggung jawab sebagai akademisi dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi,” tegasnya.
Kepala LPPM SCU, Dr. Yustina Trihoni Nalesti Dewi menjelaskan bahwa pendampingan ini merupakan upaya pihaknya dalam mendorong peningkatan kuantitas sekaligus kualitas publikasi dosen SCU. Menurutnya, hal ini penting untuk meningkatkan percepatan JAD sekaligus reputasi universitas. “Kami berupaya memperkuat dukungan yang sifatnya motivasional bagi para dosen, agar semangat publikasi bisa terus tumbuh,” tandasnya.