Mahasiswa SCU Suarakan Keresahan dan Harapan untuk Indonesia dalam Kuliah Umum Kebangsaan

Mahasiswa SCU Suarakan Keresahan dan Harapan untuk Indonesia dalam Kuliah Umum Kebangsaan

Lebih dari 900 mahasiswa Soegijapranata Catholic University (SCU) antusias berdiskusi dan menyuarakan keresahan serta harapan mereka terhadap Indonesia dalam Kuliah Umum Kebangsaan “Yapping Gen Z Soal Indonesia: Melacak Keresahan dan Harapan Gen Z untuk Bangsa Ini” yang diselenggarakan Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan (LP3) menyelenggarakan secara daring pada Kamis, 11 November 2025.

Kuliah umum ini menghadirkan tiga mahasiswa SCU, Ernst Islamic Raya, Fajrin Oktavia R., dan Bagus Seto Dewantoro, yang berkesempatan menyuarakan pandangan kritis mereka terhadap isu-isu kebangsaan yang dihadapi Indonesia belakangan ini. Baik Ernst, Fajrin, maupun Bagus saling mengangkat isu yang menurut mereka menjadi persoalan generasi mereka, mulai dari tantangan ekonomi hingga kesenjangan sosial.

Salah satunya yakni keterwakilan dan peran mereka. Sebagai generasi yang sering dilabeli sebagai ‘bonus demografi,’ mereka merasa posisinya masih kurang dalam hal tersebut, khususnya keterlibatan dalam pengambilan keputusan oleh pemerintah. ”Kita seperti generasi sandwich ,” terjepit antara ekspektasi besar dari negara dan kenyataan kontribusi yang masih terbatas,” tandas ketiganya.

Selain itu, ketidakpastian kerja dan tantangan ekonomi menjadi kekhawatiran tersendiri, mulai dari kesenjangan keterampilan hingga risiko penjeratan skema keuangan seperti pay later. Hal ini sejalan dengan temuan BPS (2023), sekitar 22,25 % atau 9,9 juta Gen Z tahun berada dalam kategori NEET (Not in Education, Employment, or Training). Ernst, Fajrin, dan Bagus memandang bahwa persoalan ini bukan sekadar soal ‘mencari pekerjaan,’ melainkan juga terkait keadilan sosial dan kesempatan berkontribusi. “Generasi muda sadar bahwa mereka dituntut banyak hal tapi belum diberi ruang seluas itu,” ujar Prof. Heny Hartono, Kepala LP3 SCU.

Lebih lanjut, forum ini diinisiasi pihaknya sebagai ‘panggung’ mahasiswa untuk menyampaikan keresahan dan harapan mereka terhadap kondisi bangsa. Ia menambahkan bahwa forum serupa rutin diselenggarakan tiap tahunnya sekaligus untuk mewadahi kegiatan perkuliahan dalam Mata Kuliah Umum (MKU), seperti Pancasila, Kewarganegaraan, serta Religiusitas.

“Biasanya kami menghadirkan akademisi atau tokoh nasional. Namun, kali ini ini kami ingin memberi panggung bagi mahasiswa untuk menyuarakan keresahan dan harapan mereka terhadap bangsa. Kami ingin mendengar bagaimana generasi muda memandang Indonesia hari ini,” jelasnya.

Pihaknya pun ingin memberikan ruang sejenis untuk mahasiswa menyuarakan pemikiran dan gagasan kritis mereka melalui kemasan yang berbeda. “Pendidikan yang student centered dan mengedepankan peran mahasiswa merupakan bagian untuk menghasilkan pemimpin masa depan yang unggul juga peka terhadap permasalahan sosial,”  tandas Prof. Heny.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Email
WhatsApp