
Tiga mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Soegijapranata Catholic University (SCU) kembali menorehkan prestasi pada ajang Food Student Creativity Competition (FSCC) 2025 yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Ilmu Teknologi Pangan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Rangkaian lomba dimulai dengan pendaftaran (22 Juni–18 Juli), pengumuman finalis (11 Agustus), hingga final pada 3 September 2025.
Mereka adalah Jonathan Halim Sugianto, Michael N, dan Caroline Noel A. Dengan mengusung tema besar “Gen-Z Leads the Future: Smart Agriculture Local Food Innovation for a Zero-Hunger Indonesia,” Tim FTP SCU memilih subtema “Innovation in Food-Waste Utilization to Achieve Zero-Hunger.” Dari subtema tersebut lahirlah gagasan inovatif berupa mie instan tinggi serat melalui substitusi tepung by-product ampas parijoto (Medinilla speciosa) dan okara.
Pemilihan bahan baku ini berawal dari kerja sama dengan UMKM Sirup Parijoto Alammu di kawasan Gunung Muria, Kudus. UMKM tersebut menghasilkan banyak ampas parijoto sebagai by-product yang berpotensi menjadi limbah pangan jika tidak dimanfaatkan.
“Perlu digaris bawahi bahwa by-product berbeda dengan limbah. By-product masih memiliki nilai gizi dan bisa diolah kembali menjadi produk bernilai tambah,” jelas Michael.
Proses penelitian dimulai dengan studi literatur untuk menentukan formulasi, dilanjutkan trial and error, uji sensori, reformulasi, hingga analisis formulasi final, terutama kandungan gizi. Hasilnya, mie instan berbahan by-product ini memiliki keunggulan kandungan serat pangan, protein, serta antioksidan.
“Okara dapat menunjang kebutuhan protein dan serat pangan, sedangkan parijoto kaya akan senyawa antioksidan seperti antosianin. Kombinasi ini menghasilkan mie instan yang tidak hanya mengenyangkan, tetapi juga menyehatkan,” tambah Caroline.
Meski padat dengan penelitian tugas akhir serta mengikuti 2 kompetisi lain, tim tetap konsisten mempersiapkan diri. “Waktu sangat padat, hampir setiap hari di laboratorium. Tapi Puji Tuhan, semua usaha terbayarkan karena kami bisa lolos finalis di semua lomba dan akhirnya meraih juara 1,” ujar Jonathan.
Ke depan, diharapkan produk ini tidak hanya berhenti di tahap riset. Dengan adanya dukungan pendanaan dan inkubasi, formulasi serta aspek sensori akan terus dioptimalkan sehingga mie instan tinggi serat ini dapat diproduksi secara nyata untuk mendukung ketahanan pangan. Lebih dari itu, riset-riset serupa bisa mendorong konsumsi pangan lokal, memperkuat kemandirian pangan nasional, sekaligus mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia. (Humas SCU/Caralla)