Soegijapranata Catholic University (SCU) menegaskan komitmennya untuk mendorong transformasi pendidikan melalui penguatan metode pembelajaran khasnya, Soegijapranata Learning Model (SLM). Hal ini ditegaskan Prof. Heny Hartono, Kepala Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan (LP3) SCU, dalam acara Academic Year Launching 2025/2026 yang digelar Senin (25/8) di Teater Thomas Aquinas, Kampus 1 SCU Bendan.
Selain menyambut tahun ajaran baru, kegiatan tersebut menurut Prof Heny sekaligus menjadi momentum untuk meneguhkan arah pengembangan pembelajaran kampus. Mengusung tema “Level Up!”, acara ini menghadirkan Talk Show inspiratif bersama Rektor SCU Dr. Ferdinandus Hindiarto, apresiasi kepada fakultas dengan kinerja kemahasiswaan terbaik, serta Awarding SCU Learning Festival 2025, kompetisi video yang menampilkan praktik implementasi SLM oleh dosen dan mahasiswa.
Dalam kesempatan tersebut, Dr. Ferdinand menekankan pentingnya penguatan SLM sebagai pilar utama Tri Dharma Perguruan Tinggi, dengan mendorong standar pendidikan yang lebih tinggi. Ia juga menyoroti perlunya transformasi pola pikir di kalangan sivitas akademika, agar pembelajaran semakin relevan dengan tantangan zaman.
Senada dengan itu, Prof. Heny mencontohkan bagaimana mahasiswa kini lebih menikmati pembelajaran berbasis aktivitas, diskusi, studi kasus, hingga proyek lapangan. Hal tersebut tampak dari karya-karya SCU Learning Festival yang menampilkan mahasiswa turun langsung ke masyarakat, mulai dari wawancara pelaku usaha kecil, kunjungan ke balai bahasa, hingga latihan menjadi pembawa acara di studio media. “Belajar tidak lagi terbatas di ruang kelas. Proyek dan praktik kontekstual membuat mahasiswa lebih aktif dan relevan dengan dunia nyata,” jelasnya.
Untuk mengawal arah transformasi tersebut, pihaknya menyiapkan sejumlah program strategis. Pertama, penguatan asesmen agar penilaian lebih berorientasi pada proses, bukan hanya hasil akhir. Bentuknya mencakup formative assessment melalui aktivitas harian, diskusi, dan keterlibatan dalam tugas kelompok.
Kedua, peninjauan kurikulum berbasis Outcome Based Education (OBE) dengan penekanan pada profil lulusan yang jelas. Program studi diarahkan menyusun capaian pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan kerja, dilengkapi rubrik asesmen yang transparan.
Ketiga, penguatan peran dosen wali. Bagi Prof. Heny, dosen wali ibarat “orang tua akademik” yang memberi semangat serta memastikan mahasiswa siap mengikuti model pembelajaran aktif khas SCU.
“Transformasi bukan berarti semua harus berbasis teknologi, melainkan perubahan pola pikir. Dosen harus terus belajar, mahasiswa tidak boleh pasif, dan tenaga kependidikan perlu menjadikan setiap perjumpaan sebagai kesempatan membangun relasi. Sivitas akademika harus meninggalkan cara lama dan keluar dari zona nyaman agar siap menghadapi tantangan baru dalam pembelajaran,” pungkas Prof. Heny.