Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Soegijapranata Catholic University (SCU) melakukan kajian lapangan di Desa Adat Jalawastu, Kab. Brebes dalam rangka meneliti sistem pangan khas Indonesia yang akan dilaporkan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Kunjungan dipimpin Kepala Pusat Pemberdayaan dan Pengembangan Masyarakat (P3M) SCU Rudy Elyadi, MM bersama Tim Peneliti LPPM SCU dan diterima Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Balapulang pada Kamis, 12 Juni 2025.
Kepala LPPM SCU Dr. Y. Trihoni Nalesti Dewi menjelaskan penelitian tersebut difokuskan pada 4 jenis vegetasi asli Indonesia, yaitu: sagu; rempah-rempah; kelompok palma, termasuk kelapa dan aren, dan; mangrove. Keempatnya dinilai memiliki nilai strategis dalam mewujudkan sistem pangan berkelanjutan berbasis kearifan lokal. Maka dari itu, Kab. Brebes, khususnya Desa Adat Jalawastu dipilih untuk menjajaki kemungkinan eksistensi 4 jenis vegetasi tersebut.
“Kunjungan ini dilaksanakan dalam rangka diskusi dan pembahasan terkait potensi serta pengembangan hutan adat dan penelitian etnobotani di Jalawastu dan Kawasan Perhutani,” sambung Administratur Perhutani KPH Balapulang Sugeng Bowo Leksono.
Rudy menceritakan bahwa desa yang menjadi wilayah Perhutani KPH Balapulang tersebut masih menjaga teguh adat istiadat. Dalam hal ini, termasuk pemanfaatan pangan dan tata kelola lingkungan, di mana hasil pertanian hanya dikonsumsi secara pribadi oleh warga setempat. “Rumah-rumah di sana masih menggunakan atap rumbia dan lantai papan. Ada larangan penggunaan semen atau besi sebagai bentuk pelestarian adat,” katanya.
Lebih lanjut, pihaknya bekerja sama dengan: Kindai University, Jepang; University of Seville, Spanyol, dan; Chulalongkorn University, Thailand untuk memaparkan hasil temuan mereka ke PBB pada September 2025 mendatang. SCU sendiri memiliki rekam jejak penelitian terkait sebelumnya, seperti mengenai: sagu bersama Universitas Hasanuddin Makassar; aren di Kendal, dan; mangrove di beberapa wilayah Pantai Utara Jawa.
Selain sistem pangan, migrasi dan pedesaan juga menjadi fokus penelitian yang akan dilaporkan ke PBB dalam 1 tahun ke depan. Menurut Dr. Trihoni, riset ini menjadi bukti kontribusi pihaknya dalam forum internasional. “PBB ingin tahu apa yang sudah kita lakukan terkait pangan lokal, bukan sekedar apa yang ada di lapangan. Maka pendekatannya bukan observasi, melainkan dokumentasi riset terdahulu,” tandasnya.
Bukan hanya riset, pihaknya berharap kerja sama dengan Kab. Brebes dapat meluas ke arah program pengabdian kepada masyarakat, termasuk pelaksanaan KKN. “Semua kami rancang agar saling terintegrasi. Jadi tidak hanya parsial di 1 titik, melainkan bisa terus berkelanjutan,” harapnya.